Dunia adalah tempat persinggahan, kita hanya sebentar berteduh untuk
selanjutnya melanjutkan perjalanan panjang menuju tempat abadi yaitu
kampung Akhirat. Ketika singgah, tak usah kita terlena dengan tipu daya
warna warni Dunia. Gemerlapnya akan membuat kita terpana. Keindahannya
akan membuat kita lalai. Cukuplah kita mengisi perbekalan yang
dibutuhkan dalam perjalanan panjang nanti. Sedang Akhirat adalah tempat asing dan hanya untuk orang-orang asing dan
berbahagialah bagi kita yang merasa asing. Asing dengan segala hiruk
pikuk Dunia. Asing dengan ketaqwaan kita kepada Allah di tengah
menjamurnya kemaksiatan. "Siapa yang menikmati Dunia, akupun pernah merasakannya, kesegaran dan
siksanya pun pernah aku rasakan, aku tak melihatnya kecuali tipuan dan
kepahitan, Dunia tak lain adalah bangkai busuk, di atasnya terdapat
anjing-anjing yang siap menyantapnya. Jika engkau menjauh darinya, maka
kamu akan selamat. Dan jika engkau mengambilnya, anjing-anjing itu akan
merebutmu. Maka tinggalkanlah saja semua sampah itu. Jiwa yang bertaqwa
tak boleh terperosok kedalamnya."—Al Imam Asy Syafi’i Sesungguhnya bagi orang Mukmin, kebahagiaan yang abadi akan ditangguhkan
hingga alam Akhirat bukan di Dunia. Jadi jangan berkecil hati jika di
Dunia mengalami kesulitan yang bertubi-tubi. Itu hanyalah suatu nuansa
dalam perjalanan hidup seorang hamba guna mendekatkan diri pada Sang
Pencipta.
Dengan kesulitan tersebut, akan terlihat manakah hamba yang benar-benar
teringat akan Rabbnya dan mempersiapkan segalanya dengan sebaik-baiknya
guna mendapatkan tempat terbaik di Akhirat kelak.Atau menjadi hamba yang
menjadi kufur dan menjauh dari hakikat penciptaan manusia untuk selalu
menyembahNya. Sejatinya Dunia adalah tipuan, maka kita tak boleh tertipu olehnya. Dan
Dunia adalah kepahitan, maka janganlah kita menelannya mentah-mentah
tanpa merasakannya terlebih dahulu. "Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas
lagi di rihoiNya. Maka masuklah kedalam jamaah hamba-hambaKu. Dan
masuklah ke dalam SurgaKu." (QS. Al-Fajr [89] : 27-30).
Dunia dan segala pernak perniknya yang selalu di puja. Usianya yang
semakin tua justru makin di idolakan oleh penghuninya dengan berbagai
macam aksesoris guna memperindah, katanya. Meskipun mayoritas keindahan
tersebut sangat bertolak belakang akan hakikat penciptaan manusia untuk
beribadah kepada Allah. Dunia dengan berbagai polesan bagai penyihir
yang mampu membuat kita mengabaikan kewajiban kita sebagai hamba.
Terperosok ke dalam jurang yang digali sendiri.
"Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan Dunia, tetapi
amalan-amalan yang kekal lagi shalih adalah lebih baik pahalanya di sisi
Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan." (QS. Al Kahfi [18] :
46). Dalam kondisi seperti itu, kita akan memiliki nilai lebih jika kita
mampu istiqomah akan segala perintah Allah. Karena keistiqomahan bukan
dinilai manakala kita berasa di tempat dengan sarana dan prasarana atau
yang memadai di lingkungan yang mendukung namun keistiqomahan akan
teruji manakala kita berada dalam keterbatasan dan perbedaan. Tak
sedikit yang rapuh manakala mendapati kondisi yang berbeda dibanding
biasa. Tapi itulah, di Dunia kita akan bertarung dengan segala bentuk
kemodernan yang menyimpang.
Keterasingan yang identik dengan cap buruk. Kita rajin beribadah, akan dibilang sok alim. Kita menyampaikan kebenaran, akan dicap sok benar. Kita mengikuti sunnah rasul, maka keselamatan kita akan terancam. Namun jangan pernah khawatir, karena Allah adalah penggenggam langit dan bumi. DIA tak akan pernah tidur akan semua peristiwa. Boleh jadi di Dunia kita teraniaya, tapi jika Allah tetap meridhoi apa yang akan kita lakukan dan kita tetap berada di jalanNya maka senantiasa di Akhirat kita akan menjadi pribadi yang istimewa yang selalu dirindukan oleh para penghuni langit. Kebahagiaan dan kesenangan bagi orang Mukmin akan Allah berikan di Akhirat nanti, sedang bagi orang yang lalai maka kesenangannya akan di berikan di Dunia.
Keterasingan yang identik dengan cap buruk. Kita rajin beribadah, akan dibilang sok alim. Kita menyampaikan kebenaran, akan dicap sok benar. Kita mengikuti sunnah rasul, maka keselamatan kita akan terancam. Namun jangan pernah khawatir, karena Allah adalah penggenggam langit dan bumi. DIA tak akan pernah tidur akan semua peristiwa. Boleh jadi di Dunia kita teraniaya, tapi jika Allah tetap meridhoi apa yang akan kita lakukan dan kita tetap berada di jalanNya maka senantiasa di Akhirat kita akan menjadi pribadi yang istimewa yang selalu dirindukan oleh para penghuni langit. Kebahagiaan dan kesenangan bagi orang Mukmin akan Allah berikan di Akhirat nanti, sedang bagi orang yang lalai maka kesenangannya akan di berikan di Dunia.
Jadilah orang asing meskipun dengan berbagai stigma yang melekat.
Baikkah atau burukkah itu. Karena Allah adalah sebaik-baik penilai.
Harapkanlah nilai terbaik dari Allah, singgahkan pujian yang terlontar
dari mulut manusia hanya kepadaNya. Karena sekali lagi Dunia adalah
persinggahan. Maka janganlah menggandrunginya hingga lalai akan kampung
keabadian yaitu Akhirat.
Allahua’lam
Sumber: http://kototabang.blogspot.com/2011/11/terasing.html