Disapa, namun tak terjangkau oleh sensoriknya…
Bias membias berkata awal terbata-bata , namun kita menjadi sebuah cerita yang melegenda….
Canda meski tak tertatap mata, kita berpadu membelenggu diri-diri kita pada setiap kata sapa serta do’a…
Sebait do’a, seucap kata, serta getaran hatinya tentu Rabb kita mendengarnya
Tersenyumlah bahgia saat kita bisa saling sapa, membisikan makna dari hati ke hati dengan teramat hati-hati karena kita tak mau ada goresan yang membelah dan memancarkan nanah,
Ada langkah pasti yang kita tuju, ada pengorbanan pasti yang kita relakan…dan kelak akan ada buah mais yang kita cicipi bersama, ada pula siraman kesegaran yang selalu menyemangati, disinilah perjuangan kita berawal dari menumbuhkan cinta kasih pada-Nya.
Lisan bertegur sapa, hati mengiyakannya…
Mata tak menatapnya, namun hati tetap mengatakann ya…
Sungguh deretan do’a menjadi pelipur lara saat mata tak menjangkaunya
Sungguh bait-bait do’a menjadikan penguat deretan penyemangat agar tetap melekat dalam hangatnya sebuah ukhuwah…
Ukhti…manis di lisan menjadikan sapaan, tentu tak semanis dalam qalbu kita,
Biarkan Rabb kita yang menjadikan kita saling merangkul dalam hangatnya dekapan ukhuwah…
Tak bisa aku berkata “Aku mencintai mu karena Allah” cukup dirasa apakaha hati mengiyakannya atau tidak…
0 komentar:
Posting Komentar