Saat merasa lelah maka terpejamlah. Cahaya mentari terkadang menyilaukan, ibarat pancaran iman terang benderang kita tak bisa menatapnya, pejamkan saja mata, dan cukup rasakan hangatnya. Karena cahaya iman kita saling bergengaman tangan dan yakin arah jalan yang akan kita lalui. Sesakali kita hadapi jalan hidup ibarat di gurun. Amat melelahkan dan menguras energi, tapi yakinlah kita punya bekal yang bisa kita bagi. Iman kita ibrat oase d gurun, amat menyegarkan. Aku akan tetap menemani mu disetiap perjalanan hidup. Menuju gurun, belahan bumi utara hingga selatan bahkan arah timur yang tak pernah bertemu arah barat, akan ku temani mu karena aku yakin kau punya bekal yg akan membekali ku, dan kaupun akan memberikan tegukan-tegukan rasa syukur atas nikmat dari Rabb ku. Gengamlah jemariku lalu berlarilah kita menuju tempat-tempat terindah yang memberikan kehangatan iman pada kita, ajak aku menyelusuri kisah-kisah arif dan bijaksana agar aku bisa menginspirasi sang generasi. Gengamlah dan tuntunlah aku saat mata ini merasa lelah akan indahnya dunia.
oleh: Tuti Rina Lestari
oleh: Tuti Rina Lestari
Mitsaqan Ghaliza mengandung arti perjanjian yang kokoh.
1. Allah SWT membuat perjanjian dengan para Nabi Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa (Al Ahzab 73:7)
2. Allah SWT mengangkat bukit Thur di atas kepala bani Israil dan menyuruh mereka bersumpah setia pada Allah (An Nissa 4:154)
3. Allah SWT menyatakan hubungan pernikahan (An Nissa 4:21)
Perjanjian pernikahan antara suami dan istri disejajarkan dengan perjanjian para Nabi, perjanjian dengan bani Israil, sesuatu yang agung dan berat:)
Bercermin darai 3 poin penting dalam Mitsaqan Ghaliza, maka semua hamba Allah akan mengalaminya (seizin dan sekehendak Allah) yakni hanya untuk poin 3, yakni pernikahan. Allah telah menetapkan pernikahan sebagai perjanjian penting. Saat ijab qabul dilakukan memiliki makna bukan perjanjian antara 2 insan saja, melainkan perjanjian langsung dengan Allah SWT. Sungguh menikah memiliki kedudukan yang istimewa dalam sebuah perjalanan hidup manusia. Menikah dapat menundukan pandangan dan memelihara kemaluan, itulah janji Allah untuk hambanya. Aduhai nestapa jika manusia tak menjadikan menikah sebagai pelindung dari perbuatan zina.
Menikah dapat dijadikan sarana untuk lebih mendekatkan diri pada Allah, banyak pahala melimpah ruah didalamNya, jika ikhlas dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Rasulullah menguatkan dakwahnya saat bersama istri-istrinya,Itulah tauladan Rasul tercinta kita.
Menikahlah, demi terjada pandangan...
------------------------------------------------------------------------------------------------
Renungan untuk jiwa yang Jatuh Cinta
Tertunduk berlama-lama aku tak mampu.
Sesekali ku tatap paras itu, mata penuh dosa ini mengiyakan
hatipun menyatakan akan kekaguman.
Menagislah akan dosa-dosa, nestapalah wahai jiwa-jiwa hampa
Malulah pada sang pemilik Cinta.
Aku tak berdaya, jika terus mencinta seorang hamba Mu.
Cabut dengan perlahan rasa cinta ini, lalu hembuskan dengan seketika kecintaan hanya Kepada Mu Ya Rabbi
Aku seorang hamba Mu yang tertatih-tatih mempertahankan segengam Qalbu hanya untuk Kau jadikan Singgasana Iman pada Mu.
Duhai Rabb ku, jika aku harus menjerit, memecah keheningan di langit,aku ingin teriakan aku ini hamba Mu yang lemah tak berdaya.
Ya Rabb...ajarkan aku bagaimana cara mencinta hamba Mu, yang tak membuat Mu Murka pada ku...
Ya Rabb...bisikan pada ku akan hakikat mencintai hamba Mu, hanya sebatas yang Engkau Rindoi...
Ya Rabb aku mencintai hamba Mu...Jika Kau Tak Meridhoinya, cabutlah perlahan dan seketika hembuskan rasa cinta ini hanya kepada Mu...
Tahta Iman ku ada dalam Qalbu...
Genggamlah Qalbu ini, agar aku taat hanya pada Mu..
Aku
Mencintai
Mu
Di
Atas
Segala
Cinta
...
Oleh: Tuti Rina Lestari
Mentari pagi itu terpancar amat kuatnya, jika merasa menyilaukan maka terpejamlah dan rasakan hangatnya. Setiap hari kita akan merasakan hangatnya mentari, menyaksikan terbit dan terbenamnya. Aku bahagia berada disini, saat menunggu mentari meronta. Genggamlah jemari ku kita berlari menuju tempat terindah yang mengajarkan kita akan hikmah kehidupan sesungguhnya. Saat berpetualang terkadang aku merasakan lelah maka pinjamkan pundak mu untuk sejenak ku hilangkan rasa lelah dalam menempuh pertualangan kita. Tenanglah, diamlah, dan jangan berkata apa-apa saat aku terlelap di pundak mu...agar aku terlelap dan diam-diam kau bisa menatap paras ku. Tersenyumalah kamu, tersipu malu.
Sejenak pundak mu kaku menunggu ku terbangun, maka bersabarlah...saat aku terbangun tersenyumlah, maka aku pun tersenyum. Kau selalu terjaga saat ku tidur, maka beristirahatlah sejenak...namun pundak ku terlalu kecil untuk kau sandarkan dan kau pun tersenyum...lalu berkata "Mari kita berpetualang lagi"...aku pun tersenyum, kau amat penuh pengertian.
Kita berlari-lari sambil menikmati keindahan Maha Karya Sang Pencipta...Terkagum-kagum kita, hingga tak terasa kita berasa di sebuah telaga...airnya jernih, banyak pohon lebat di sekitarnya. Kita berdiri di bibir telaga itu...tertatap paras kita di permukaan air telaga ...kita saling tersenyum. Lalu seketika kau jongkok dan mengambil air dari telaga itu dengan tangan mu, lalu kau berikan untuk ku, sambil tersenyum. Tanpa isyarat kata aku memahaminya, kau ingin menghilangkan dahaga ku, lalu ku teguk dengan perlahan...sungguh segar air telaga itu. tersenyumlah aku...lalu ku ambil pula air telaga itu dengan tangan ku...maafkan aku jemari dan tangan ku teramat kecil tak bisa mengambil air banyak, tapi kau tetap tersenyum. Kau teguk air dari tangan ku, lalu tersenyum...hilanglah dahaga kita.
Beberapa saat kemudian kita berjalan menuju pohon yang rindang, kita pun duduk disana...Mata kita saling menatap...tersenyumlah kita tersipu malu...Kau bisikan pada ku..."Allah yang telah mengembuskan rasa kasih kepada hambanNya, maka kita harus mensyukurinya"...tersenyumlah aku...Lalu ku bisikan pula "Aku pun menyayangi mu, karena Allah telah menghembuskan rasa sayang ini "...dan kita pun tersenyum...lalu kau mengajak ku untuk berwudhu, dan kita tegakan salat ashar bersama di bawah rindangnya pohon...rakaat pertama hingga dua , hujan gerimis menghiasi kesahduan kita yang sedangan membalut cinta pada Rabb kita....Rakaat ketiga saat duduk diantara dua sujud semilir angin berhembus hingga menyelusup sendi-sendi ku...hingga membuat kaku. Rakaat keempat saat ku rukuk menetes air mata syukur atas segala nikmat yang telah Rabb hujamkan pada ku...Aduhai sungguh indahnya kita di balut dalam dekapan kehangatan iman...stelah salam kau bawa aku meyelusuri relung-relung qalbu...kau ajarkan aku memecahkan kekerasan hati yang telah membeku..."Ya Rabb...kami hamba Mu, yang lemah...Ya Rabb kami hamba Mu yang tak berdaya, Ya Rabb kami hamba Mu yang dzolim...Engkau Maha Segala di Atas Segalanya...Hujamkan pada hati kami kenikmatan akan iman. Keindahan saat berislam...Ya Rabb jadikan pasangan hamba sebagai penyejuk Qalbu, Jadikan anak-anak kami sebagai pelipur lara, dekap kami dalam iman dan Taqwa serta Tawakal hanya kepada Mu...Amin."
Inspirasi: Saat jiwa Rindu Pecinta Sang Pemilik Cinta