oleh: Tuti Rina Lestari
Seberkas cahaya menerobos celah-celah pepohonan yang rindang. Lihatlah pohon itu berada di sekitar sebuah danau…terasa tentram jika ada disana. Terlihat seorang sosok pria berbaju putih duduk sambil bersandar di bawah pohon yang amat rindang.
Sesekali ia membuka mushaf yang dibawanya…tak terasa air matanya mulai menetes saat membaca surat cinta dari Rabbnya…tersedu ia sambil membaca kalimah demi kalimah tentang hakikat kehidupan di dunia yang sesungguhnya.
Betapa halus dan lembut hatinya. “Duhai pemilik hati, tetapkan aku pada perkara yang membuat ku semakin dekat pada-Mu. Sungguh aku tak berdaya saat jiwa meronta mengharapkan kebahagiaan di dunia.”
Lalu berjalanlah ia menelusuri danau di sekitarnya…ia melihat sebuah rakit yang amat sederhana, lalu dalam hatinya berkata …”mungkin rakit itu bisa mengantarkan aku untuk menelusuri dan merasakan keindahan danau ini, serta mampu mengantarkan aku ketempat yang baru”. lalu ia hampiri rakit yang bersandar di tepi danau itu…perlahan pasti, ia mulai menaiki rakit itu,
Sorban putih yang ia kenakan tak terasa terjatuh, seketika ia mencoba mengambilnya. Meronta-ronta ia berusaha mengambil sorban kesayangan yang selalu ia kenakan saat bertemu Terkasihnya “Allah Swt.” Namun Allah berkehendak lain, sorbanya tenggelam menuju dasar danau…tertunduklah ia melihat sorbannya yang telah hanyut. Tak disadari parasnya terlihat di atas jernihnya permukaan danau itu…dalam hatinya bertanya “siapakah aku?”…
Ia tak tau bahwa ikatan pada rakit itu amatlah rapuh…
Tak ia sadari pijakannya tidaklah kokoh, ikatan pada rakit yang ia naiki perlahan terlerai. Cemas hatinya, bimbang jiwanya, tak tau apa yang harus ia perbuat. Saat itu hanya kepasrahan, keridhoan mengalir deras pada hatinya…”Duhai Allah, Engkaulah yang telah mencatatkan skenario ini dalam Lauh Mahfuz…saat tintanya telah mengering, aku tak berdaya, tak mampu berbuat apa-apa…inilah ujian bagaiku, namun sebesar apapun ujian dari-Mu maka kuatkanlah aku…”
Seketikan ia mulai meronta, tenggelamlah seluruh tubuhnya, lalu pria itu berenang menuju tepian danau, …
Sesampainya di tepi danau pastilah ia basah kuyup dan merasa kedinginan…mengigil tubuhnya…lalu bergegaslah ia kembali menuju peraduan tempatnya bernaungnya…di temani mushaf yang telah terbasahi…
“Bersabarlah dengan Penuh Keihklasan…
0 komentar:
Posting Komentar