.....
Di sisi lain, Dalam sebuah ruangan berukuran 4x5 meter, terbentang sebuah sajadah berwarna merah tua. Terlihat pengabdian seorang hamba pada Tuhannya, Qiyamulail menjadikan obat penenang qalbu pada hatinya. Ayat-ayat Allah ia lantunkan, dengan lembut, dan penuh kekhusuan...menjelang adzan subuh ia bingkiskan sebuah do’a harapan pada pemilik cinta Seutuhnya: ”Ya Allah Engkau Maha Pengasih, Engkau pula Maha Penyayang, Engkaulah Maha Sega diatas Segala-galanya. Engakau maha berkuasa atas hamba-hamba-Mu hamba seorang hamba-Mu yang lemah, merintih saat terkulai tak berdaya, bermunajat saat tak bisa. Ya Rabb hamba adalah seorang yang lemah tak mampu berbuat apa-apa tanpa kehendak-Mu. Jadikan hamba seorang yang senantiasa bersabar saat sempit dan bersyukur disaat lapang. Ya Rabb kecintaan pada harta, tahta, dan wanita terkadang memperdaya. Namun hembuskan pada hamba kecintaan pada harta, tahta dan wanita menjadikan sebagai sarana bermuara cinta hamba pada-Mu Ya Rabb. Ketentuan dari-Mu adalah takdir terbaik untuk ku, hamba yakin apa yang terjadi itulah takdir terbaik untuk hamba. Kupasrahkan segala harap, cemas pada Mu Ya Rabb, Engkau lebih berhak berkuasa atas diri hamba, karena hamba seorang yang tak berdaya. Ya Rabb sekiranya Engkau Ridhoi, pertemukan dan persatukan hamba pada seorang hamba yang karena kecintaanya kepada-Mu mampu mengantarkan pula cinta ku hanya pada-Mu dan akhirnya kami saling mencintai karena cinta pada-Mu.”
Itulah sepenggal bait do’a seorang pria yang hatinya tertaut pada Rabbnya. Amin...
.....
Jam menunjukan 06.30 bergegas seorang pria bersosok tinggi dan agak kurus membawa seberkas kertas-kertas yang harus segera diserahkan pada dosennya. Berkas itu refisi skripsinya. Maklum saja 2 minggu yang lalu baru saja pria ini baru selesai sidang S1nya.
Pria ini mencoba menarik bibirnya 2 cm kekanan dan 2 cm kekiri saat bertemu ibu kosannya yang sedang menyapu di depan halama rumah.
Ibu Kosan: “Berangkat ke kampus Zid? Bukannya sudah selesai kuliahnya?”
Zidan: “Saya mau menyerahkan refisi skripsi pada dosen bu.”
Ibu Kosan:“oh, kalo begitu hati-hati di jalan ya nak...”
Zidan: “Ya bu. Assalamua’laikum Zidan pergi dulu”
Ibukosan: “waa’laikumusalam”
Jalannya terhentak amat cepat, pandangannya tertunduk, maklum saja seorang aktifis dakwah kampus! Tak berani matanya menatap yang tak layak ia tatap. Apalagi sampai jelalatan menatap akhwat.
Sekitar jam 10.00 ia pulang kembali kekosannya. Ia memijit bel yang ada di depan pintu pemiliki kosannya.
Krek..pintu terbuka, ternyata mba Nurul yang membukakan pintu.
Zidan: “assalamualaikum mba, ada ibu?”
Nurul: “oh ibu sedang pergi kepengajian Zid, tapi ada bapak ko, mau ketemu bapak saja?”
Zidan: “Boleh, mba”
Mba nurul memutar kursi rodanya dan bergegas pergi menghampiri bapaknya.
Lalu Bapaknya menghampiri dan duduk di ruang tamu, lalu berbincang-bincang dengan Zidan, mba nurul pun menemani perbincangan mereka.
Zidan:“pak alhamdulillah saya sudah lulus, Insya Allah saya akan pulang ke Bandung”
Bapak: “Subhanallah tidak terasa kamu sudah lulus lagi nak, apa tidak ada rencana tinggal di Yogya?”
Zidan: “untuk rencana tidak ada pak, tapi kalo Allah menakdirkan lain, tidak jadi masalah saya harus tinggal di Yogyapun”.
Bapak: “oh bagus-bagus, apalagi kalo dapat kerja disini dan istri disini pasti akan betah nak Zidan!”
Nurul:”ehem...diaminin juga nih sama mba Zid...mudah-mudahan cepet-cepet dapat aisyah +maisah.
Zidan:”amin. Bapak sama mba bisa saja”
Bapak:” oh ya , nanti titip salam buat orang tua mu di bandung ya, kapan-kapan silaturahim ke Yogya ajak keluarga.”
Zidan:”insya allah orang tua ke Yogya saat saya wisuda pak”.
Bapak:”oh bagus kalo begitu, bisa sekalian silaturahim nih. Zid bapak tinggal dulu ya harus pergi menjemput ibu di pengajian”.
Zidan:”ya pak monggo”
Nurul: “wah bagaimana rasanya lulus zid?”
Zidan:”alhamdulilah lega mba soalnya orang tua di Bandung minta terus cepet-cepet lulus, katanya biar cepet-cepet bisa nikah,hehe...dan meneruskan perusahan ayah di bandung. Maklum anak tunggal, ibu pengen cepet punya cucu”.
Nurul:”wah...lansung dinikahin dong nanti”.
Zidan:”mungkin mba, tapi belum ada calonya nih mba, kalo boleh tau biasanya akhwat milih ikhwan seperti apa kriterinya ya mba?”
Nurul:”relatif lah zid, pasti gak sama. Yang pasti setiap akhwat berharap ikhwan yang saleh lah, tapi boleh juga kalo tajir, tampan, ningrat. He bercanda Zid.
Zidan:”kalo mba sendiri milih kriteri seperti apa?”
Nurul:”mba mah gak neko-neko Zid berharap menikah dengan ikhwan yang benar-benar mencintai Allah. Dan karena kecintaannya menjadi kan mba semakin mencintai Allah”.
Zidan tiba-tiba tersentuh hatinya mendengar perkataan mba nurul, hatinya terenyuh.
Zidan:”subhanallah mba, semoga Allah mempertemukannya, Sekarang usia mba berapa?” mau Zidan cariin mba, Zidan banyak teman ihwan?”
Nurul:” Waduh sok baik adik mba ini. Usia mba lebih tua sekitar 5 tahun dari mu. Sekitar 28 tahun. Makanya mba merasa kamu seperti adik mba sendiri. Untuk masalah mencarikan pasangan mba takut ngerepotin nantinya Zid, Zidan tau kondisi fisik mba seperti apa. Mungkin Zidan agak kerepotan, tapi mba yakin Allah telah menentukan jodoh untuk mba, jika mba tak bertemu di dunia kelak di Syurga pun tak ada masalah bagi mba.
Zidan:”tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah mba, serahkan semunya pada Allah, dan do’akan Zidan agar bisa menemukan ikhwan yang pantas untuk seorang kakak yang saleha ini, ok!”
Nurul:”adik ku bisa saja. Amin, semoga Allah mempermudah niat baik kita”
Zidan:”Zidan kekosan dulu ya mba, ada yang harus Zidan kerjakan”.
Nuru: ”ya Zid terimakasih atas bantuannya”
Zidan:”sama-sama mba, Assalamualiakum”
Nurul:”waalaikummusallam”
Bergegas Zidan pergi kearah belakang rumah pemilik kosan, menuju tempat peristirahatannya.
.....
Disepertiga malam terakhir Zidan terbagaun dan tiba-tiba merasa resah... tiba-tiba perkataan mba nurul terngiang-ngiang dalam telinganya ”mba mah gak neko-neko san, berharap menikah dengan ikhwan yang benar-benar mencintai Allah. Dan karena kecintaannya menjadi kan mba semakin mencintai Allah”.
Dalam hati Zidan bertanya-tanya ”apakah ini jawaban dari do’a hamba ya Rabb?”. Langsung diambilnya air wudhu dan shalatlah ia.
“ Ya Allah, leraikan rasa kegelisahan ini pada hamba, hamba adalah manusia yang lemah tak berdaya. Engkau Maha Berkuasa, dan Engkau Maha membolak-balikan hati hamba, sekiranya ini baik untuk agamaku, akhirat ku dan duniaku maka permudahlah Ya Rabb. Engkaulah yang Menghembuskan rasa cinta pada manusia. Engkau pula yang berkuasa mencabut rasa cinta pada manusia. Hamba pasrahkan segala resah dan gelisah ini. Balutlah semuanya dengan rasa syukur hanya kepada-Mu Ya Rabb dan golongkan hamba kedalam orang-orang yang merasakan Mahabbah-Mu. Berilah petunjuk bagi hamba untuk menentukan pilihan ini, Hamba tersentuh oleh perkataan hamba-Mu Ya Rabb yang Berharap menikah dengan Hamba yang benar-benar mencintaimu. Jika hamba itu adalah aku maka berikanlah petunjuk bagi hamba.amin...”
Hingga tiba adzan subuh Zidan tak beranjak dari atas sajadahnya...lantunan ayat suci dan balutan dzikir terus mengalir lembut.
Tak terasa sekitar jam 05.30 Zidan terbuai oleh rasa ngantuknya. Tertunduk lah sejenak ia tertidur...dalam tidurnya dia berminpi melihat seorang yang melantunkan ayat suci di atas sebuah kursi roda. Tiba-tiba Zidan terbangun,”subhanallah...Ya Allah apa ini petunjuk dari-Mu Ya Rabb, ampuni hamba dan jauhkan hamba dari bisikan serta godaan syetan yang menghembuskan keragu-raguan pada hati hamba”.bergegaslah ia mengambil air wudhu.
Lalu diambilah Hp dan menelfon Ibunya yang berada di Kota Bandung.
Zidan:”assalamua’laikum Umi”
Umi:”Waalaikummusalam Nak, bagaiman keadaanmu disana, ibu kangen Zid?”
Zidan:” Sama umi, Zidan juga kangen sama umi...Bagaimana keadaan Abi umi?”
Umi:”Alhamdulillah abi sehat sekarang ada di samping umi, sedang baca koran”
Zidan:”Umi Zidan mau meinta izin sama umi. Hmmm…Zidan ingin menikah umi?”
Umi:”Alhamdulilllah ahirnya kamu berkata seperti itu nak, dari dulu umi tunggu-tunggu keinginan kamu untuk menikah nak, umi ingin cepat-cepat punya cucu. sudah ada calonnya? Apa mau umi ta’arufkan ?”
Zidan:”Makasih umi, Zidan sudah ada pilihan, tapi Zidan belum bilang pada akhwatnya”
Umi:”Siapa nak akhwat itu?”
Zidan:”Mba Nurul umi...anak bapak kosan Zidan di Yogya”
Umi:”Subhanallah, umi sebatas tau nurul dari cerita Zidan, ia seorang akhwat yang diberikan kelebihan tak bisa berjalankan san? Semoga Allah memberikan kesabaran padanya”.
Zidan:”Ya Umi, tiba-tiba hati Zidan menentukan pilihan ini umi, Allah yang menggenggam hati Zidan, hati Zidan tergerak pada mba nurul, dia seorang penghafal Al-Quran umi yang Zidan tau dari segi agamanya bagus, pendidikannya pun bagus sebelum terjadi sebuah ujian baginya dulu ia sempat kuliah juga di UGM dan aktif di Lembaga Da’wah Kampus. Bagaimana umi apa umi izinkan Zidan?”
Umi:”umi tidak ada alasan untuk menolak nak. Kebahagiaan Zidan kebahagiaan umi dan abi juga.”
Zidan:”terimakasih umi, boleh Zidan ngorol dengan abi?”
Umi:” Ya tentu, diskusikan dengan abi dulu, insya allah umi do’akan semoga Zidan diberi kemudahan.
Abi:”Assalamualaikum...Zid sehat?”
Zidan:”Waalaikummusalam...alhamdulillah Zidan sehat bi”
Abi:”diskusi apa tadi dengan umi san, serius sekali, terdengar bisik-bisik Zidan mau menikah, nah begitu dong, cepet nikah biar lebih aman, kasihankan banyak akhwat yang berharap sama anak abi ini, hehe”.
Zidan:”ah abi berlebihan, akhwat mana yang ngantri ama Zidan bi, abi bisa saja”.
Abi:”sudah berapa lamaran dari teman-teman abi untuk menjodohkan anak putrinya, tapi selalu kamu tolak. hehe, udah gede ya sekarang kamu Zid, sudah ada calonnya?”
Zidan:”Alhamdulillah ada abi, Nurul bi anak bapak kosan Zidan di Yogya”.
Abi:”nurul yang selalu di temani kursi roda san?, apa kmu sudah siap? Abi pernah lihat dan ngobrol serta diskusi masalah agama dengan nya waktu abi berkunjung ke Yogya kekosan mu, abi rasa di cantik, ramah dan cukup pintar”.
Zidan:”wah ternyata abi pernah diskusi dengan mba nurul. Insya allah abi, do’akan Zidan ya. Zidan menentukan ini bukan karena maslah fisik, namun Zidan yakin Zidan bisa lebih mencintai Allah, salah satunya dengan cara seperti ini. Zidan takut jika mencintai akhwat yang secara penglihatan Zidan sempurna, khawatir niat Zidan berbelok abi. bagiamana menurut abi?”
Abi:”Subhanallah...Allah yang telah menggerakkan hatimu nak, Istiqomahkan niat baikmu, semoga Allah memberi kemudahan. Abi setuju Zid, kapan kamu menyampiakn niat kamu itu”.
Zidan:”secepatnya bi, mungkin setelah menelfon ini bi, seandainya diterima Zidan ingin langsung menghitbah saja bi, kalo bisa walimahnya setelah Zidan wisuda di Yogya biar sekalian syukuran juga bi”.
Abi:”wah..wah...bagus...bagus...calon pemimpin keluarga yang tegas nih. Ya sudah kalo mau langsung khitbah saja hari ini san, nanti abi bantu lewat telfon. Ok bagai mana?”
Zidan:”Syukron abi...”
Abi:”Ya abi do’akan semoga lamaran kamu diterima”
Zidan:”amin, assalamualaikum bi”
Abi:”waalalikummusalam”.
Setelah menutup telfon bergegas Zidan menuju rumah nurul yang brada tidak jauh dari kosannya.
Zidan:”assalamualaikum”
Bapak:”waa’laikummusalam, nak Zidan ada apa seperti ada hal penting yang ingin disampaikan”.
Zidan:”kebetulan sekali ada ibu juga”.
Ibu:”duduk dulu Zid”.
Lalu Mereka berbincang-bincang di teras halaman rumah mengenai niat Zidan untuk melamar nurul. perbincangan yang akan menentukan perjalanan hamba-hamba Allah yang mencintai-Nya dimuai dari sini. Sentuhan dari hati kehati. Rasa Syukur seorang ibu yang menuaikan berjuta kasih sayang pada anaknya telah melahirkan benih-benih ketakwaan pada generasinya. Ketaatan kedua orang tua mengalir deras dalam bait-bait do’a untuk anaknya, yang senantiasa mengharap takdir terbaik untuk anakanya, inilah bukti kekuasaan Allah yang telah menentukan takdir terbaik kepada setiap hambanya. Rasa syujur mengallir deras disisni.
Ibu:”nak Zidan inilah jawaban dari setiap do’a-do’a seorang ibu untuk anaknya”.
Terlihat linangan air mata yang dibalut rasa syukur, menetes perlahan dari sudu-sudut mata seorang ibu.
Zidan:”jika ibu dan bapak berkenan serta mba nurul pun mau, insya allah saya langsung akan mengkhitbah mba nurul ibu-bapak”
Bapak:”sudah bilang kepada kedua orang tua Zidan di Bandung?”
Zidan:”Alhamdulillah abi dan umi tidak mempermasalahkan, inya Allah jika mba nurul bersedia, abi akan menelfon untuk bebincang dengan bapak, ibu dan mba nurul”.
Ibu:”Ibu dan bapak tidak mempermasalahkan ini, keputusan ada pada nurul. Ibu tidak bisa berbuat apa-apa. Ibu tanyakan dulu pada nurul ya Zid.”
Zidan:” ya bu, terimakasih.”
Ibu nya nurul berjalan menuju kedalam rumah untuk menyampaikan niat Zidan.
Pergelutan resah, cemas berbaur dan melebur memenuhi relung-relung hati seorang pria yang dilanda cemas. Dzikir tak henti menghiasi hati yang dilanda resah serta gelisah. Dalam hati nya berdo’a “sapalah hati dengan hati Ya Rabb... sapalah hati mba nurul dengan limpahan kasihmu serta keridhoan-Mu, jika ini terbaik bagi agama kami, akhirat kami dan dunia kami maka permudah dan bimbinglah kami. Amin”.
Tak lama kemudian ibu keluar dari dalam rumah.” Kenapa mba nurul tak terlihat bersama ibu, apakah pertanda dia menolak lamaran saya?” hati Zidan bertanya-tanaya.
Ibu:”Hmm sabar ya nak Zidan, tenang saja nak ibu sudah sampaikan permintaan nak Zidan.”
Zidan:”lalu bagaiman keputusannya bu?”
Nurul:”nurul tak bisa menjawabnya sekarang, ia mengatakan nanti nurul jawab kalo ia sudah yakin keputusan apa yang harus ia tentukan.”
Zidan:”oh seperti itu bu, saya akan terima dengan ikhlas segala keputusan mba nurul. Insya allah pekan depan saya pulang ke Bandung setelah menyelesaikan semua urusan untuk persiapan Wisuda. Dan kembali lagi saat waktu wisuda. Jika Allah berkehendak Setelah wisuda Zidan berniat untuk menikah dengan mba nurul. Jika mba nurul pun bersdia, bagaimana menurut bapak dan ibu?”
Bapak:”apa tidak terlalu cepat nak Zidan?”
Zidan:”abi dan umi sudah siap, begitupun dengan Zidan.. Sekarang tinggal menunggu kepastian mba nurul saja”.
Bapak:”ihasan bapak tidak bisa bebuat apa-apa semoga Allah memberikan kemudahan dalam menggerakan hati nurul untuk secepatnya menentukan keputusan”.
Zidan:”terima kasih bapak dan ibu sudah berkenan merespon niat saya untuk menghitbah mba nurul”.
Ibu:”sama-sam nak Zidan”.
Zidan:”Zidan pamit dulu bu, Assalamaualiakum”
Bapak & Ibu:”Waalaikummusalam”
Dengan penuh kecemasan dibalut rasa sabar harus terpatri dalam hati seorang hamba yang dilanda rasa kasih dan harap pada hamba Tuhannya. Disinilah sebuah ujian kesabaran, ketawakalan sebagai bukti insan yang besabar dan yakin akan ketentuan takdir terbaik dari Allah Sang Pemilik Cinta.
.....
3 Hari kemudian Zidan datang kerumah nurul. Terlihat ibunya nurul sedang menyiram tanaman di depan rumah.
Zidan:”Assalamualaikum bu.”
Ibu:”waalaikummusallam nak Zidan”.
Zidan:”Zidan mau menanyakan tentang kesedian mba nurul bu”.
Ibu:”oh iya nak Zidan, nurul tidak menayampaikan pesan apa-apa pada ibu. Dia hanya menitipkan surat untuk di berikan pada nak Zidan. Sebentar ibu ambil dulu suratnya ya nak.
Zidan:”ya bu, saya tunggu di teras rumah”.
Ibu pergi mengambil surat yang sudah ditulis nurul. Ibu datangi kamar nurul dan dibuka nya pintu kamar. Di dalam terlihaat seorang hamba Allah yang sedang shalat duha diatas sebuah kursi roda. Terlihat penuh dengan ketenangan. Ibu langsung menutup kembali kamar nurul dan begegas menghampiri Zidan.
Ibu:”ini surat yang nurul titipkan agar ibu memberikannya pada nak Zidan.”
Zidan:”akhir-akhir ini saya tidak melihat mba nurul, apa beliau sehat-sehat saja bu?”
Ibu:”alhamdulillah sehat, Cuma nurul belum siap untuk bertemu langsung dengan nak Zidan, mungkin nurul kaget, entahlah ibu tidak tau! nurul tidak cerita, malah lebih banyak menyendiri dan bertilawah saja.
Zidan:”oh begitu bu, terimakasih bu. Nanti Zidan baca surat dari maba nurul, semoga ini jawaban dari lamaran Zidan pada mba nurul”.
Ibu:”mudah-mudahan, ibu juga tidak tau isi surat itu”.
Zidan:”Zidan pamit dulu bu. Assalamualaikum”
Ibu:”waalaikummusalam.
Tiba dikamar Zidan membuka surat dari mba nurul. Di awali dengan Basmallah perlahan ia membacanya. Berbaur dan melebur semua harap dan cemas....
Bersambung…
0 komentar:
Posting Komentar