♥ Lentera Qalbu ♥

Cermin Hati menuju Inspirasi

JUNDI

Part 1 Pantai Eksotis

Senja menyapa, duduk manis seorang gadis di atas pasir menatap ke arah pantai. Angin berhembus mengusap lembut parasnya. Tangannya memegang sebuah batang kayu kecil, sesekali ia menulis di atas pasir “Rengganis jangan menangis”...beberapa saat tulisan itu ditatapnya namun semakin deras air matanya menetes...

“Rengganis...sedang apa di sana?” sapa seorang gadis yang perawakannya kurus tinggi. Lalu dihampirinya Rengganis sambil berlari, dan langsung duduk di samping Rengganis sambil perlahan mengatur pernapasannya karena terengah-engah setelah berlari.

Rengganis seketika menghapus air mata agar tak terlihat temannya. “Aku sedang menikmati suasana senja, betapa indahny hari ini ya, apa kamu merasakan hal yang sama?”...

“Indah? Menurut aku biasa saja”. Silmi menoleh ke arah rengganis dan di tatapnya wajah Rengganis sendu. “Anis! ada apa dengan mu, kenapa menangis? Jika ada masalah cerita pada ku, mungkin aku bisa memberikan solusi, kalaupun tidak bisa ya setidaknya ada teman untuk curhat”...

Rengganis hanya tersenyum...” Mi aku baik-baik saja kamu tak usah hawatir. Hmm...sebentar lagi adzan magrib, kita kembali ke Hotel saja”. Seketika rengganis berdiri dan meninggalkan Silmi.

Silmi hanya terdiam, lalu ia menatap ke arah ombak-ombak yang sedang berlarian...membentang indah, “hmmm...ya sudahlah jika dia tidak mau cerita, muangkin sedang ada masalah...liburan kali ini mungkin bukan moment indah baginya...”

Silmi berdiri dan mengikuti langkah Rengganis di belakang. Mereka hendak menuju Hotel yang tidak jauh dari pantai barat Pangandaran.

Eksotis keindahan sebuah pantai, Pangandaran tempat wisata yang telah banyak di kunjungi para pelancong lokal maupun nasional bahkan internasional. Cukup indah Pantai Pangandaran dijadikan tempat tujuan wisata keluarga, intasni, atau hanya untuk sekedar berbulan madu untuk pengantin baru.

Kamar 201 tertempel di sebuah pintu kamar. Rengganis meronggok saku dan dikeluarkannya kunci...tidak lama kemudian Silmi datang...mereka satu kamar dan keduanya masuk. saat berada dikamar Silmi menyalakan lampu dan Rengganis langsung masuk ke kamar mandi, diambilnya air wudhu, Silmi tiduran di atas tempat tidur sambil memegang remot TV lalu dinyalakan TV...”Mi ko nyalain TV, salat magrib dulu, yu kita salat berjamaah...” Sapa Rengganis dalam kamar mandi.

“hmm...ok...aku wudhu dulu”

Rengganis keluar dari kamar mandi lalu Silmi mengambil air wudhu, dan keduanya salat berjamaah magrib...Rengganis menjadi imam saat salat magrib.

Selepas salat magrib dan dzikir, Rengganis keluar dan duduk di teras. Kamarnya berada di lantai 2, posisi kamar yang pas, jika ia menatap ke arah luar ia bisa melihat laut dan hiruk pikuk stan-stan asesoris diseberang hotelnya. Rengganis berdiri sambil memegang besi pagar. Ia menyaksikan malam yangg cukup ramai, banyak para wisatawan, tepat sekali karena malam ini malam minggu...biasanya banyak orang yang berpacaran. Sudah tak asing orang banyak sekali yang merasa nyaman saat berpacaran, bahkan status pacaran dijadikan sebagai ajang untuk bisa saling mengenal lebih jauh, bahkan sampai melewati batasan batasan yang dilarang agamapun tak dipermsalahkan oleh kedua insan yang sedang dimabuk asmara, parahnya kini banyak melanda anak muda hingga hamil diluar nikah, bahkan bayak aborsi yang dilakukan.

Malam ini indah , Rengganis menatap ke arah langit bintang bertebaran...suasna semakin hangat karena kebisingan orang-orang di sebetang hotel yang menawarkan barang dagangannya . tatapan Rengganis tertuju ke arah dua insan yang sedang berada di stan asesoris, dalam hatinya bertanya-tanya sepertinya Renganis menenal sosok laki-laki itu. Sosok yang tidak asing baginya...dari arah kejauhan ia mencoba memastikan apakah benar-benar ia mengenalnya...seketika Rengganis mengambil HP dan ditujukan panggilan atas nama Fajrin. Terhentak saat dari arah kejauhan, laki-laki tersebut mangangkat HP, untuk memastikan lagi Rengganis mematikan panggilannya, lalu ia pijit tombol memanggil lagi, ternyata benar Fajrin, ada di tempat yang sama dengannya malam ini.

Fajrin laki-laki yang pernah ia kenal, laki-laki yang pernah berarti dan memberikan nuansa dalam hidupnya, kini Fajrin sudah menikah dengan seorang wanita yang menjadi pilihan orang tuanya. Fajrin berada di Pangandaran hanya sekedar untuk berbulan madu saja dengan istrinya.

Terhentak, beberapa menit setelah Rengganis tiba-tiba Fajrin mengirim sms, “assalamu’alaikum...afwan ada apa tadi akan telfon? Ana sedang sibuk tadi”...

Kaku membeku...berdiri seperti tak mampu lagi. Rengganis menghela nafas panjang. Diam tak tau harus membalas sms atau tidak...Ia tertunduk lalu diambilnya Al-Quran dan tilawah hingga beberapa menit.

“Anis...kita jalan-jalan yuk keluar... teman-teman yang lain sudah menunggu di bawah loh”...ajak Silmi yang sedang siap-siap pergi.

“sepertinya aku tidak ikut Mi, aku istirahat di sini saja...” jawab Rengganis sesekali terpotong tilawahnya hanya untuk menjawab sapaan Silmi.

“Sudahlah...jangan sering melanun, nanti cepat tua loh...hehe”....Silmi menghampiri Rengganis yang sedang asik tilwah di teras...

“Sudah ku bilang, aku ingin istirahat saja. Setelah salat isya aku langsung tidur Mi, nanti kunci kamu bawa saja...”

“Hmm...sudahlah, jika tak mau ikut...” Silmi lalu meninggalkan Rengganis yang berada di teras luar.

Bagi Rengganis malam yang aslnya terasa indah, menjadi malam yang sendu karena ia teringat Fajrin, baginya hal yang cukup mengganggu pikirannya...karena bagaimanapun ia tidak pernah berta’aruf dengan laki-laki yang benar-benar ia suka. Begitulah saat rasa suka didahulukan sebelum ta’aruf maka resiko saat tidak jadi menikah, harus ikhlas melepaskan dan melupakan.

“Ya Rabbana hamba mohon kepada Mu, hilangkan sesuatu yang bukan menjadi hak hamba...Ya Rabbana seketika hamba mencinta, seketika pula Engkau melerainya...Niat-niat tulus berubah mengeruh saat rasa kasih mendahului hakikat kehendak Mu... dosakah saat hamba mendahulukan cinta, dosa pulakah jika hamba berharap pada manusia?, Ya Rabbana Engkau yang mengajarkan hamba untuk senantiasa melabuhkan segalanya hanya kepada Mu, Ya Rabbana sempat naiat berbelok tak tulus...maka Kau ajarkan hamba dengan cara Engkau mentarbiyah hamba...agar hamba pandai mengambil hikmahnya”

Rengganis meneteskan air mata, tak terasa mushafnya terbasahi...

Kuamandang adzan isya terdengar,Rengganis masuk kedalam kamar lalu salatlah ia. Rakat demi rakaat air matanya tak kunjungg terhenti, hingga tertetesi sajadah merahnya. Rengganis mengalunkan syahdu lafadz-lafadz indah...merengkuh ketentraman sanubari...melekatkan diri dalam ketawakalan pada Illahi...Nuansa keheningan dalam hati tersentuh, kedekatan yang melakat.

Selepas salatnya mengalaun dzikir-dzikir indah...andai ada kekasih hati di sisi, tak akan pula meliriknya. Membentang waktu membalutkan hati akan kehendak serta menghujamkan ketawakalan pada kehendak Rabb Illahi.

Perlahan lisan terdiam, tertunduk dan sesekali derai air mata menetes lagi...bergemuruh dalam hati, berdesakan kalimah untuk Illahi Rabbi, bermunajat akan hakikat hidup yang telah tergores dalam lauhul mahfuz...

Bersambung....


Ar Royan 10 Ramadhan...

Seorang gadis kecil berdiri dan memandang ke arah luar dari sebuah jendela. Matanya terpusat hanya pada satu arah...untuk beberapa menit. Dipandang sebuah bunga indah di depan rumahnya...sesekali ia tertunduk dan meneteskan air mata. Begitulah setiap harinya ia hanya bisa menatap bunga indah di halaman rumah dari dalam kamarnya melalui sebuah jendela. Terkadang ia merasa kesal harus berada di kamar terus hingga Ia menjerit-jerit dan membenturkan kepalanya saat ingin pergi keluar kamar.

“hkm..khm..khm...” tak ada kata yang bisa diucapkan...gadis mungil di sebuah kamar membenturkan kepala sambil menjerit-jerit...

Suara jeritannya terdengar hingga ke ruang tengah. Di bukalah kamar gadis mungil itu, lalu masuklah seorang gadis yang usianya tak jauh berbeda, ya ia Rengganis adik seorang gadis mungil yang hanya bisa menjerit dan membenturkan kepalanya ke dinding di kamarnya. Seketika Renganis menghampiri Ranggis kakanya, usia mereka hanya beda sekitar 10 menit saja.



Membias dalam sebuah ruang, tak bisa terjangkau oleh akal...ada ruang dalam waktu yang membuat seorang hamba meluapkan seluruh rasa .

Seponggah jiwa berkata pada jasad, “ringkihkah saat ku ajak engkau terus menyambung sujud ke sujud?”

Tak berkata jasad namun jiwa terus memaksa berkolaborasi, sungguh...diri terkadang merasa jemu, jasad berdiri kokoh namun jiwa terkujur rapuh...

Ya Rabbana andai jiwa terpisah dari jasadnya adakah lagi sujud-sujud yang indah?

Sungguh jasad, jiwa, meleburkan dan berpadu menjadi satu utuh dan menyeluruh...

Ruh ruh nan bercahaya terlahir dari jasad dan jiwa yang bertaqwa...saksikan saja pancar cahayanya menunjukan jalan menuju keindahan.

Rabbana...melekat indah saat jiwa berpadu dengan jasad dalam bingkai cinta, cinta melahirkan kerinduan, cinta yang mengecup kesejukan iman, cinta yang mengelitik hati untuk terus mengingat dan terus berkata-kata cinta akan keindahan Mu...jasad yang berkata jiwa yang mersa...

Rabbana senantiasa ada keindahan saat diri berkata serta meluap seluruh rasa...derai air mata, simpul senyum, kubingkai dalam do’a...tak terasa kesejukan dalam hati itu ada, hembusan perlahan namun pasti ketentaman hadir kembali...

Hati terkecup oleh iman, mengelitik. Merasakan terkadang ada derai air mata, sungguh semua ini tidaklah sia-sia...dekap harap ini jalan menuju taqwa...

Rabbna ku titip cinta dalam jasad dan jiwa...bingkai keduanya dalam bentuk taqwa...andai ada lelah dari keduanya...maka seretlah keduanya dalam keterpaksaan untuk cinta dan mencinta, hingga berada pada titik tertinggi mencinta akan cinta Mu...

Ar-Royan , 20 Ramahdan 23:15 WIB


Seharusnya aku terus melaju, karena yakin Allah bersam ku...
seharusnya pijakan kaki semakin kokoh dan terus melangkah...
Seharusnya pula, tangan tak pernah meleraikannya, bibirpun tak berkata apa-apa.
Andai di sini, hari ini, aku bisa berlari kencang menuju di mana ia berada...seketika aku beranjak dan meninggalkan segalanya...

Selepas aku menghampiri, terkadang engkau jengah, seharusnya aku mengakui bahwa kehadiran ini bukan sebuah rekayasa dari takdir yang terukir...
Sudah terjadi tidak perlu disesali, patutnya di syukuri...
selepas engkau pergi, seketika akupun berlari dan meraih semua mimpi...
asa, rasa, cita berbalut menjadi satu...
ibarat sebuah kepongpong yang membalut ulat yang menjijikan lalu berubah menjadi keindahan, elok nian kupu-kupu...
selepas engkau pergi ku kecup kenikmatan yang menghangatkan dari berkas-berkas cahaya iaman...amat menentramkan.

alangkah indah, alangkah indah, selepas kau pergi aku tak sendiri, selepas kau pergi ada yang mengecup iman ku...paras-paras kesejukan, keimanan yang terdambakan, kelembutan lisan, kejernihan hati...ku temui ia saat senja, selepas engkau pergi aku duduk manis dan perlahan menghirup udara...terasa lega dengan kehadirannya...

As-Syifa 6 Agustus 2011

"♥ Assalamu'alaikum...selamat datang di blog sederhana ini. semoga setiap rangkaian kata-kata bisa menginspirasi & memberi motivasi hingga menjadikan lentera penerang dalam hati...♥"

♥..Inilah Aku..♥

Foto Saya
Tuti R.Lestari
"Seorang hamba Allah yang senantiasa berusaha menjalankan titah-titah Rabbnya... Semoga setiap goresan pena dapat memberikan inspirasi dan Motivasi..."
Lihat profil lengkapku

Blog Archive

:::: Translet ::::

English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google

Entri Populer

Follow

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...