♥ Lentera Qalbu ♥

Cermin Hati menuju Inspirasi

Prinsip Pertama

Berhukum kepada al-Kitab dan as-Sunnah. Prinsip yang sama sekali tidak boleh dilanggar adalah berhukum kepada Allah Azza wa Jalla. Karena Allah telah memerintahkan kita untuk itu,

“Dan apa-apa yang kalian perselisihkan di dalamnya dari sesuatu maka hukumnya (kembali) kepada Allah.” (QS. asy-Syura: 10)

“Wahai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul dan pemimpin kalian. Bila kalian berselisih dalam sesuatu maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasul jika kalian beriman kepada Allah dan hari akhir, itulah yang paling baik.” (QS. an-Nisa:59)

Allah memerintahkan kita untuk mentaati Rasul-Nya saw., kemudian mentaati pemimpin. Dan bila terjadi perselisihan, baik antara kita dengan pemimpin atau antara sesama kita, maka harus dikembalikan kepada Allah dan Rasul-Nya.

Karenanya Imam Hasan al-Banna rahimahullah mengatakan dalam prinsip kedua, "Dan al-Qur'anul karim dan Sunnah yang suci adalah rujukan setiap muslim dalam mengenali hukum-hukum Islam. Al-Qur'an difahami sesuai dengan kaidah bahasa Arab tanpa berlebihan dan over. Sedangkan pemahaman sunnah yang suci dikembalikan kepada para tokoh hadits yang mulia."

Prinsip kedua

Setiap orang perkataannya dapat diambil atau ditolak kecuali al-ma'shum (yang terpelihara dari dosa) yakni Rasulullah saw. Tentang hal ini Ustadz Hasan al-Banna mengatakan dalam prinsip keenam, “Setiap orang dapat diambil perkataannya atau ditinggalkan kecuali al-ma'shum Rasulullah saw. Dan setiap yang datang dari para salaf ridhwanullahi 'alaihim yang sesuai degan al-Kitab dan Sunnah kami terima. Bila tidak maka Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya lebih utama untuk diikuti. Akan tetapi kami tidak menyebut pribadi-pribadi tertentu yang berselisih dalam hal ini melalui cacian atau penghinaan. Kami serahkan mereka dengan niat mereka kepada Allah, dan mereka akan memperoleh balasan apa yang telah mereka perbuat."

Terkait dengan hal inilah Ustadz Hasan al-Banna mengatakan, "Karena itu setiap orang, kecuali al-ma'shum saw., dapat diambil perkataannya atau ditolak."

Perkataan seseorang dapat dijadikan sandaran, selama memiliki dalil yang jelas tentang kebenarannya, dan ditolak selama tidak jelas petunjuk kebenarannya.

Dalam hal ini, ketika Ikhwan mengangkat perkataan para ummat terdahulu dari para imam fiqih, dan bahasa Arab, tidak terbetik dalam hati kami bahwa kita wajib hukumnya mengikuti mereka, apapun yang mereka katakan.

Meskipun demikian kami tetap berhujjah dengan perkataan mereka dan merekalah imam-imam fiqih, yang mengetahui berbagai uslub fiqih. Karenanya, Ikhwan juga tidak membolehkan seseorang berhujjah dengan apa yang tertera pada majalah yang dikeluarkan Ikhwan, atau juga dengan buku yang ditulis oleh tokoh-tokoh Ikhwan.

Seluruhnya harus dikembalikan oleh al-Kitab dan sunnah yang suci. Seandainya hal tersebut tidak dilarang, niscaya semua orang dapat menghancurkan semua da'wah yang ada di medan da'wah dan harakah.

Prinsip Ketiga

Hasan al-Banna bukanlah sekedar seorang alim yang memberi pelajaran pada murid-murid sekolah, menganalisa masalah-masalah ilmiyah. Hasan al-Banna adalah seorang yang selalu memfokuskan perhatiannya pada gejolak ummat Islam, keterbelakangan dan kejauhan mereka dari agama mereka, kebodohan mereka terhadap Islam, penguasaan musuh-musuh atas mereka, sehingga beliau ingin mengembalikan kejayaan ummat ini kembali, dengan membina pribadi Islam, dan jama'ah Islamiyah yang dapat mengembalikan keashalahan (kemurnian), dinamika dan kebaikan ummat Islam.

Sedangkan tokoh yang orientasinya membina masyarakat dalam hal ini, bukanlah seperti orang alim yang mengatakan kalimat yang haq kemudian pergi dan tidak perduli pengaruh yang ditinggalkan akibat perkataannya itu.

Hasan al-Banna mengamati banyak hal, ia berjalan selangkah demi selangkah, meletakkan tahapan dalam beramal, di mana setiap tahapan ia bangun hingga pada taraf tertentu kemudian baru dilanjutkan pada tahapan berikutnya.

Hasan al-Banna dalam hal ini selalu berhadapan dengan berbagai realitas pahit. Para pendukung kebenaran hanya sedikit. Dan mereka yang mampu menyempurnakan bangunan dengan baik dari yang sedikit itu lebih sedikit lagi. Jumlah yang sedikit inilah yang harus meretas jalan, di tengah terpaan angin, di tengah kehidupan yang telah di penuhi khurafat, bid'ah dan ikhtilaf.

Hasan al-Banna membangun sebuah bangunan yang tak dapat dilakukan dalam waktu sehari, bahkan satu bulan. Berhadapan secara frontal dengan realitas dan kebatilan yang tak mungkin selesai dengan satu kali gempuran.

Orang-orang yang melemparkan kritik, sambil duduk di balik tumpukan buku dan menghakimi da'wah Syaikh Hasan al-Banna, telah melakukan kesalahan besar. Mereka tidak mengetahui apa tujuan yang diinginkan syaikh dalam da'wahnya.

Sebagian mereka menilai da'wah Ikhwan hanya dari satu tahapan ke tahapan lainnya, sementara yang lainnya tidak dapat menggambarkan harakah secara utuh. Mereka mengira bahwa syaikh dan da'wahnya bertentangan dengan mereka, karena mereka tidak menguasai harakah dan karakteristik da'wah Hasan al-Banna pada tahapan-tahapannya.

Sementara ada pula sebagian yang melihat pada sekelompok orang yang dirangkul oleh jama'ah dan tengah dibina di pangkuan da’wah. Dari sanalah orang-orang itu menilai da'wah, karena menggenalisir dan menyangka bahwa semua mereka adalah anggota Ikhwan.

Yang lain lagi mengkritik harakah berdasarkan prilaku, aqidah dan persepsi anggotanya. Sebagaimana orang-orang kafir menilai prilaku kita kaum muslimin, tanpa dilandasi paradigma dan prinsip yang kita sepakati.

Para kritikus itu memiliki manhaj yang beragam, sumber yang berbeda-beda, setiap orang melihat kebenaran pada satu sisi dan mengklaim da'wah Ikhwan sebatas apa yang mereka anggap benar. Bisa jadi orang lain yang benar, dan bisa jadi dia yang benar. Akan tetapi, karena keragaman manhaj dan sumber tadi, objek kritikannya pun hanya berkisar pada masalah-masalah parsial.

Sesungguhnya Syaikh Hasan al-Banna ingin mengembalikan sebuah arus Iman Islam, yang telah tersingkir dari dada ummatnya. Ia mengikat para pengikutnya dengan ikatan ukhuwwah Islamiyah, melakukan da'wah Islam disana sini, masuk ke dunia akademis, bergerak di bidang militer, hingga kementerian.

Al-Banna mengarahkan masyarakat kepada Islam sesuai pemahaman yang sederhana dan jelas. Terkadang ia mengemas da'wahnya dengan apik agar ummat terhindar dari perpecahan. Meskipun para pengikutnya memiliki pemahaman yang bertingkat-tingkat, namun ia mampu menghimpun mereka dan mendorong arus Islam ini secara umum, serta dapat berinteraksi dengan arus dan menerima perkembangan.

Inilah ruang lingkup yang harus dilihat pada Harakah Ikhwan. Suatu pandangan yang parsial tidak akan bermanfaat sebelum mengetahui ruang lingkup tersebut.

Hasan al-Bana bukan guru spesialis aqidah, atau fiqih. Ia adalah da'i penyeru ummat manusia pada Islam, melakukan pembinaan di atasnya, mengarahkan serta menghimpun manusia kepada Islam. la memiliki pemahaman yang baik terhadap Islam. Akan tetapi ia meletakkan rambu-rambu dan batasan yang tidak berarti pemisahan atau juz'iyah.

Selanjutnya, kita dapat mendiskusikan beberapa tulisan yang mengkritik Jama'ah Ikhwan. Dan dalam menilai pergerakan harakah Islamiyah ini ada beberapa hal yang perlu disepakati:

Pertama, Ketika kami berbicara tentang Ikhwan ,"Salafiyah" bukanlah istilah teknik untuk suatu jamaah, melainkan bentuk pemahaman terhadap Islam dalam menghadapi berbagai faham lain dari berbagai kelompok yang menyimpang. Pemahaman ini ada sejak awal sejarah Islam.

Pada dasarnya, seluruh du'at harus menjalani manhaj Salaf ridhwanullahi'alaihim, bergerak dengannya baik secara pemahaman, amalan dan aqidah. Salafiyah bukan sebuah jama'ah dari jama'ah-jama'ah, dan bukan merupakan satu hizb dari berbagai hizb yang ada.

Kedua, Tuduhan bahwa Ikhwan tidak memiliki persepsi aqidah yang jelas adalah propaganda yang membutuhkan bukti. Dan apa yang disebutkan para kritikus itu tidak dibangun di atas dalil.

Syaikh Hasan al-Banna telah meletakkan dasar-dasar aqidah yang jelas dalam banyak tulisannya. Dalam hal ini beliau selalu merujuk pada al-Qur'an dan Sunnah. Pada keduanyalah terdapat kehidupan dan kesembuhan hati.

Syaikh Hasan al-Banna mengetahui dengan baik perbedaan yang terjadi antara mazhab salaf dan khalaf. Akan tetapi melalui kepekaan seorang da'i ditengah konspirasi musuh-musuh lain, beliau ingin mendekatkan berbagai sudut pandang. Ia berupaya menjelaskan bahwa perbedaan antara salaf dan khalaf bukanlah perbedaan besar. Semestinya pendapat seperti ini tidak harus memunculkan fitnah terhadapnya.

Adapun bahwa beliau mengajak untuk saling menolong di antara kelompok Islam dan madzhab Islam, maka upaya untuk mewujudkan itu tidak membahayakan selama seorang muslim mengetahui manhaj yang benar, dan tetap berpegang teguh kepadanya.

Cukuplah bahwa Syaikh Hasan al-Banna memberi rambu-rambu pemahamannya sebagaimana terdapat pada ushulu al-'isyriin.

Syaikh Hasan al-Banna juga tidak lupa menyebutkan masalah tashawuf yang dimaksud dengan pembinaan jiwa dan pembinaan perilaku, jauh dari khurafat, bid’ah, suatu pola yang telah banyak mendapat pujian dari banyak orang.

Rincian Tuduhan dan Jawaban

Tuduhan bahwa Ikhwanul Muslimin Tidak Memiliki Persepsi Aqidah yang Jelas

Ketika membahas manhaj aqidah Ikhwan, kami telah menjelaskan bahwa aqidah Ikhwanul Muslimin adalah sebagaimana aqidah salafiyyah. Karenanya, Hasan al-Banna begitu besar perhatiannya terhadap masalah aqidah.

Beliau mengatakan, "Yang saya maksud dengan ukhuwwah adalah agar hati dan ruh kaum muslimin itu bersatu dengan ikatan aqidah, sebagai ikatan yang paling kokoh dan kuat."

Masalah aqidah dibahas secara detail dan jelas:

Dalam al-Ushul 'isyriin, masalah tersebut secara gamblang dan rinci dijelaskan dalam poin berikut:

  • Prinsip pertama dan kedua, tentang aqidah dan hubungannya dengan amal perbuatan. Inilah aqidah yang-benar dan ibadah yang lurus. Serta al Qur'an dan Hadits sebagai rujukannya.
  • Prinsip ketiga: Pengaruh Iman terhadap diri muslim.
  • Prinsip keempat:, Tentang jimat dan berbagai bentuk kemusy- rikan dan bid'ah yang harus diperangi.
  • Bagian terakhir dari prinsip kesembilan: Tentang penghormatan terhadap shahabat dan persoalan yang terkait dengan mereka, ridhwanullahi ‘alaihim.
  • Prinsip kesepuluh: Keyakinan tentang Tauhid uluhiyah dan Rububiyah
  • Prinsip ke sebelas: Bid'ah dalam agama Allah dan cara memeranginya.
  • Prinsip ke tiga belas: Orang-orang shalih dan karomah.
  • Prinsip keempat belas: Masalah kuburan dan bid'ah yang terkait dengannya.
  • Prinsip ke lima belas: Masalah do'a dan tawassul.
  • Prinsip ke tujuh belas: Aqidah dan keterikatannya dengan amal.
  • Prinsip ke delapan belas: Aqli dan naqli dalam aqidah.
  • Prinsip ke sembilan belas: Hubungan dalil Aqli dan naqli dalam aqidah, dan apabila terjadi kontradiksi maka dalil naqli lebih diulamakan.
  • Prinsip ke dua puluh: Tidak melakukan takfir (mengkafirkan) terhadap orang yang berbuat dosa kecuali dia berikrar dan selalu mengulangi perbuatan itu, sesudah dijelaskan tentang penyimpangannya.

Selain prinsip-prinsip tersebut perhatian tentang aqidah tampak juga pada keterangan beliau pada bab kedua yang membahas tentang da'wah, dijelaskan dalam prinsip pertamanya tentang syumuliyatul fahm, pemahaman Islam yang integral.

Dalam bab ketiga tentang manhaj, prinsip kedua, dijelaskan bahwa landasan pemahaman seorang muslim dan rujukannya dalam manhaj adalah al-Qur'an dan sunnah. Pada prinsip keenam dalam bab tersebut disebutkan bahwa kesucian itu hanyalah pada al-Qur'an dan sunnah Nabi saw.,juga disebutkan sikap yang harus dilakukan dalam menghadapi masalah khilafiyah.

Pada prinsip kesembilan dijelaskan agar seorang muslim tidak tenggelam dalam masalah-masalah perdebatan dan meninggalkan semua unsur yang memecah belah. Kemudian pada prinsip keenam belas menerangkan masalah 'urf dan pengaruhnya.

Di bab keempat, tentang fiqih, dijelaskan dalam prinsip ke tujuh tentang ijtihad dan taqlid. Pada prinsip ke delapan, tentang perselisihan dalam furu' (cabang) dan pertentangan di dalamnya.

Pada prinsip keduabelas, dijelaskan seputar ibadah dan penambahan ibadah serta pemahaman ulama terhadap masalah tersebut.

(Buku Ikhwanul Muslimin; Deskripsi, Jawaban Tuduhan, dan Harapan Oleh Syaikh Jasim Muhalhil)

oleh: Fathuddin Ja’far

Perlawanan jutaan masyarakat Mesir selama 18 hari (25/1 – 7/2/2011) berhasil menumbangkan rezim Mubarak yang telah berkuasa sekitar 30 tahun. Masyarakat Mesir menyebut demonstrasi yang meluap di seantero negeri 1000 menara yang merenggut sekitar 300 nyawa itu dengan “revolusi masyarakat’.

Sebenarnya, revolusi yang terjadi di Mesir dan sebelumnya di Tunisia dan 13 tahun yang lalu terjadi hal yang sama di Indonesia memiliki sisi kesamaan dan perbedaan. Di antara kesamaanya, penguasa yang ditumbangkan adalah sama-sama penguasa zalim, korup dan menerapkan sistem diktator terhadap rakyatnya.

Kekuasaan mereka berkisar 30 tahunan. Baik Mesir, Tunisia maupun Indonesia adalah sama-sama negeri yang berpenduduk Muslim mayoritas. Cara tumbangnya penguasa di tiga negara tersebut sama, yakni disebabkan pemberontakan jutaan rakyat yang sudah muak dengan kezaliman yang mereka hadapi berpuluh-puluh tahun lamanya.

Gagasan awal perlawanan sama-sama dimotori oleh pemuda dan mahasiswa, kemudian para cendikiawan, profesional dan tokoh masyarakat nimbrung untuk melegetimasi perlawanan tersebut sehingga menjadi kuat dan membuat penguasa ciut dan ketakutan yang luar biasa.

Adapun sisi perbedaannya ialah, di Indonesia dan Tunisia, demonstrasi besar-besaran yang menyebabkan penguasa dua negera tersebut menyerah hanya beberapa hari saja. Sedangkan di Mesir cukup alot sehinggga mencapai 18 hari.

Sisi perbedaan lain, Indonesi dan Tunisa tidak berbatas langsung dengan Palestina, sendangkan Mesir memiliki perbatasan langsung dengan Palestina, khususnya Jalur Gaza. Secara historis, Indonesia dan Tunisia tidak pernah terlibat langsung konflik dengan Yahudi di Palestina, sedangkan Mesir pernah terlibat perang dengan Yahudi di Palestina tahun 1948 dan 1967.

Demikian juga, Indonesi dan Tunisia tidak terlibat kontrak perdamaian secara langsung dengan Yahudi di Palestina, sedangkan Mesir tahun 1970 menandatangani perjanjian damai dengan Yahudi Palestina yang diwakili Anwar Sadat sebagai Presiden Mesir saat itu yang terkenal dengan perjanjian Came David. Mesir sampai hari ini masih terkenal dengan pusat studi Islam dan juga pusat pergerakan Islam yang terkenal dengan gerakan Ikhwanul Musliminnya.

Apa yang terjadi di Mesir?

Sepintas, apa yang terjadi di Mesir adalah sebuah perubahan besar-besaran dalam sistem pemerintahannya. Dari sistem yang sangat zalim dan diktator menjadi sistem demokratis.

Bagi kelompok yang berorientasi kebebasan dan kesejahteraan ekonomi, apa yang terjadi di negeri mereka mungkin akan menjadi pintu gerbang memasuki apa yang mereka cita-citakan.

Lihat saja semboyan dan jargon yang mereka angkat seperti, yang penting Mubarok lengser, kami rindu kebebasan, Mubarok hengkang dari negeri ini, tegakkan masyarakat madani dan ratusan jargon lainnya.

Sesungguhnya apa yang terjadi di Mesir mirip dengan apa yang terjadi di Indonesia tahun 1998. Mayoritas masyarakat yang menghendaki pergantian kekuasaan tidak lain disebabkan kezaliman politik dan tindakan kejahatan ekonomi yang dilakukan rezim dan kroninya yang menyebabkan ekonomi negeri menjadi bangkrut.

Kebangkrutan ekonomi ditandai dengan meningkatnya jumlah masyarakat miskin, pengangguran dan merosotnya nilai tukar mata uang. Solusi yang digaungkan juga sama, yakni kebebasan dan kesejahteraan rakyat berdasarkan sistem demokrasi Barat.

Sumber:http://www.eramuslim.com/berita/analisa/revolusi-mesir-dalam-perspelktif-geakan-islam-masa-depan.htm

Krisis politik di Libya akan berdampak secara global, terutama bagi pasokan energi minyak dan gas dunia. Selama ini negara-negara Barat dan Uni Eropa mendapatkan pasokan minyak dari negeri Afrika Utara itu. Muammar Gadhafi yang berkuasa selama empat dekade, ikut menjamin stabilitas dan kebutuhan energi dunia.

Libya memproduki minyak 4,5 juta barrel/setiap hari, selain Arab Saudi yang memproduksi 3,5 juta barrel/setiap hari. Kedua negara ini mempunyai peranan yang sangat penting bagi keamanan energi dunia, terutama negara-negara Barat dan Uni Eropa. Negara-negara Barat dan Uni Eropa sangat bergantung dengan pasokan energi minyak dari Libya.

Pembrontakan yang berlangsung saat ini di Libya, antara 'hidup-mati' bagi rakyat yang menginginkan turunnya Muammar Gadhafi dengn kekuatan pendukung pemerintah, terutama militer memasuki hari ke enam, dan mengakibatkan banyaknya jatuh korban. Situasi ini menyebabkan tidak menentunya masa depan bagi kepentingan Barat dan Uni Eropa, yang selama ini mendapatkan jaminan pasokan minyak dari Gadhafi.

Libya memiliki cadangan minyak 47 miliar barrel minyak, dan merupakan negara penghasil minyak terbesar ke 9 di dunia, dan negara yang paling kaya minyak di Afrika. Libya menjadi anggota OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries), kekayaannya yang miliaran barrel minyak ini, Libya menjadi faktor penting bagi stabilitas energi dunia. Libya bukan hanya penghasil minyak, tetapi negeri di Afrika Utara ini, juga memiliki cadangan gas, 54 triliun kubik.

Hampir 95 persen minyak Libya di ekport ke negara-negara Barat dan Eropa. Negara-negara Barat dan Uni Eropa, sesudah perubahan politik di Libya, dan mendekatnya Muammar Gadhafi kepada Barat, dan dibukanya terusan Suez, maka ratusan perusahaan minyak dan gas melakukan investasi ke Libya.

Explorasi besar-besaran dilakukan perusahaan minyak Barat, seperti BP (British Petroleum), Exxon, Total, Occidental Petroleum, Marathon Oil, dan Oil and Amerada Hess menandatangani ekplorasi minyak dengan pemerintah Libya. Kerjasama dengan perusahaan Barat semakin terbuka sejak tahun 2003 dan 2004, ketika PBB mencabut sanksi atas Libya, dan tahun 2006, Amerika Serikat mencabut status Libya, yang selama ini dituduh sebagai negara teroris. Negara-negara Barat, selama 19 tahun, absen dalam investasi minyak di Libya. Sekarang Barat mendapatkan pasokan minyak dari Libya.

Tetapi dengan pecahnya pembrontakan di Libya, di mana situasi politik di negeri itu sangat tidak menentu, yang belum dapat diprediksi, bagaimana akhir pembrontakan rakyat Libya yang menginginkan perubahan politik. Belum dapat diprediksi bagiamana masa depan Libya, dan seperti apa corak kepemimpinan pasca Muammar Gadhafi?

Jika krisis ini berlanjut dan tanpa kesudahan, maka akan mempunyai dampak secara global, khususnya pasokan minyak kepada negara-negara Barat dan Uni Eropa yang selama ini bergantung kepada Libya.Hubungan Libya dengan negara-negara Barat belum lama, sejak PBB mencairkan sanksi, dan mulai lagi negara-negara Barat, membangun kerjasama energi dengan Libya. Sehingga, Libya ikut menjamin stabilitas pasokan minyak dunia.

Sekarang terjadi krisis yang hebat di Libya, dan mengakibatkan naiknya harga minyak di pasaran dunia, di London dan New York, yang sekarang harga minyak sudah mencapai $ 105 dolar/perbarrel, bagi jenis minyak brent. Minyak Libya dieksport, jenis minyak yang paling baik, dan banyak dibutuhkan oleh perusahaan dan industri di Barat.

Perusahaan minyak yang sudah melakukan investasi ke Libya adalah BP (British Petroleum), yang telah melakukan investasi besar-besaran ke Libya. Sekarang BP sudah mengungsikan para pekerja mereka beserta keluarganya kembali ke negaranya. 140 pegawai minyak dan keluarganya dari BP telah dipulangkan menyusul situasi di Libya yang semakin genting. Perang terbuka antara rakyat dengan militer terjadi di ibukota Tripoli, dan terjadi pembakaran gedung pemerintahan sepanjang hari.

Krisis di Libya ini, hanya mengingatkan saat krisis yang terjadi di tahun 1970 an, ketika Raja Faisal dari Arab Saudi yang melakukan embargo minyak kepada negara-negara pendukung Israel, yang mengakibatkan pasokan minyak dunia mengalami krisis. Bahkan, di Amerika Serikat, mengalami kelangkaan BBM, dan tempat penjualan BBM tutup.

Tetapi, bukan hanya menyangkut kelangkaan energi minyak yang akan dialami Barat, tetapi langkah-langkah menuju recoveri ekonomi Barat yang dilanda krisis dan resesi akan terganggu. Sekarang Barat harus menghadapi krisis politik di seluruh Timur Tengah, dan menuju pergantian rezim, yang belum dapat diprediksi, bagaimana rezim-rezim baru nanti?

sumber: http://www.eramuslim.com/berita/analisa/krisis-libya-dampaknya-secara-global.htm

Tuhan, seandainya telah Kau catatkan
Dia milikku, tercipta untuk diriku
Satukanlah hatinya dengan hatiku
Titipkanlah kebahagiaan

Ya Allah, ku mohon
Apa yang telah Kau takdirkan
Ku harap dia adalah yang terbaik buatku
Kerana Engkau tahu segala isi hatiku
Pelihara daku dari kemurkaanMu

Ya Tuhanku, yang Maha Pemurah
Beri kekuatan jua harapan
Membina diri yang lesu tak bermaya
Semaikan setulus kasih di jiwa

Ku pasrah kepadaMu
Kurniakanlah aku
Pasangan yang beriman
Bisa menemani aku
Supaya ku dan dia
Dapat melayar bahtera
Ke muara cinta yang Engkau redhai

Ya Tuhanku, yang Maha Pengasih
Engkau sahaja pemeliharaku
Dengarkan rintihan hambaMu ini
Jangan Engkau biarkan ku sendiri

Agarku bisa bahagia
Walau tanpa bersamanya
Gantikanlah yang hilang
Tumbuhkan yang telah patah
Ku inginkan bahagia
Di dunia dan akhirat
PadaMu Tuhan ku mohon segala

By.In-Team


Hidup ku kan segera berlayar
menerjang ombak dan badai,
memebelahnya lautan,
menembus bayang-banyang.
Waspada arah melintang,
karang-karang tajam menjadi misteri dalam kehidupan

Bismillahirrahmanirrahiim…

Saat layar akan dibentangkan, dan perahu siap berlayar…maka bersiap-siaplah untuk mengarungi samudera kehidupan. Akan ada karang tajam menerjang, serta ombak yang siap melahap…Sahabat begitulah sebuah hidup setelah pernikahan, akan ada nahkoda yang memimpin mengarungi kehidupan. Jika nahkoda pandai dalam mengemudi serta hatinya senantiasa pasrah kepada Allah maka ketentraman dan merasa aman akan terasa pada seluruh penumpangnya saat mengarungi samudera kehidupan.

Tentunya sebelum berlayar ada hal yang perlu dipersiapkan, inilah hal yang terpenting sebelum mengarungi kehidupan setelah pernikahan, sebut saja sebagai proses menuju pernikahan dan masa penantian menuju pernikahan…esensinya untuk membuat perahu yang kuat dan kokoh maka harus dibuat dengan bahan-bahan yang berkualitas dan prosedur pembuatan yang benar. Selama proses inilah setan berusaha memanfaatkan momentum-nya untuk menggoda dan merusak sehingga bergeser jauh dari makna dan tujuan seharusnya, yakni sebagai sarana untuk Ibadah kepada Allah sehingga melahirkan Sakinah , Mawadah dan Rahmah.

Salah satu pandangan islam menurut Mohamad Faudzil Adhim dalam bukunya yang berjudul kado pernikahan untuk istri ku, beliau menjaelaskan bahwa “salah satu pandangan islam tentang pernikahan adalah sederhana dalam proses dan sederhana dalam pelaksanaan. Hendaknya memperhatikan kondisi hati ketika akan melaksanakan pernikahan. Sebab, disinilah setan berusaha untuk menyimpangkan tujuan. Islam sangat menanjurkan untuk menyegerakan menikah. Sehingga setan berusaha untuk merebut masa sebelum menikah, menjadikan masa yang rawan. Masa ini bisa menyesatkan manusia jika tidak berhati-hati. Boleh jadi kelak malah mendapatkan pernikahan yang tidak sebagaimana harapan, jauh dari keberkahan…Na’udzubillahi min dzalik. Semoga Allah menjauhkan kita dari hal-hal yang demikian.

Ada dua hal yang perlu dipehatikan saat proses berlangsung hingga masa Perjanjian kuat (Mitsaqan Ghaliza) dilangsungkan. Pertama menyangkut prasangka kepada Allah. Kedua prasangka dan presepsi terhadap pernikahan dan calon pasangan hidup.

1. Prasangka kepada Allah

Pernikahan adalah amanah dari Allah bagi manusia yang beriman kepada-Nya . Pernikahan adalah ketundukan kita kepada-Nya, sekalipun Allah memberikan persaan-persasaan kecenderungan kepada manusia, justru Allahlah yang memberikan perasaan dan dorongan itu kepada manusia.

Masya Allah, manusia sering kali berkeluh-kesah karena dangkalanya ilmu dan pendeknya jaungkauan terhadap rahmat Allah.

Seperti saat membutuhkan gerimis untuk mendinginkan bumi , hatinya malah mengeluh dan kadang cepat memberikan penilaian yang salah ketika Allah mengirimkan mendung. Padahal, mendung yang tebal itu membawa muatan air yang melimpah. Ketika ia tidak melihat mendung dan hanya merasakan teriknya matahari, ia pun lupa bahwa matahari adalah rahmat dari Allah. Padahal teriknya matahari akan berdampak terhadap penguapan sehingga terbentuk awan yang membawa muatan air yang melimpah dan terjadilah hujan. Senantiasalah berprasangka baik terhadap Allah saat berlangsungnya masa penantian…”Aku menuruti prasangka hamba-Ku kepada-Ku (HR.Bukhari & Muslim)”. Maka bersabarlah dengan penuh keikhlasan dan senantiasa berprasangka baiklah kepada Allah,karena Allah senantias memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya.

2. Prasangkan dan Presepsi terhadap pernikahan dan Calon pasangan hidup

Proses pernikahan ada yang berlangsung cepat dan adapula yang membutuhkan waktu yang lama. …maka berdo’alah…

Dengangan menyebut nama Allah atas jiwaku, hartaku, dan agamaku. Ya Allah, jadikanlah aku ridha dengan apa yang Engkau tetapkan dan jadikanlah barakah apa yang telah Engkau takdirkan. Sehingga tak ingin aku menyegerakan apa yang Engkau tunda, dan menunda apa yang Engkau segerakan”.

Menikah merupakan perkara yang dianjurkan untuk disegerakan. Jika tidak ada hal yang merintangi, mempercepatnya adalah lebih baik. Mempercepat pernikahan termasuk salah satu kebaikan dan lebih dekat kepada kemaslahatan, barakah dan ridho Allah. Apa-apa yang menghalangi langkah untuk menyegerakan akan dimudahkan oleh Allah karena Allah tidak pernah zalim terhadap hamba-Nya.

Laa Illaaha illa Anta, subhanaka innii kuntu minazhzhalimin. Rabbana Zhalamna anfusana waillam taghfirlana lanaa kuunanna minal khosirin.

Pada masa penantian yang menjadi rawan adalah masalah lisan sebab masalah memperlakukan lisan ini mempengaruhi keseluruhan masalah lain termasuk hubungan keharmonisan setelah menikah. Ada 2 hal yang perlu diperhatikan dalam memperlakukan lisan selam proses berlangsung…pertama manjaga lidah dalam mengucapkan kata-kata kepada calon, kedua menjaga presepsi kita terhadap apa yang kita dengar dari lisan orang lain tentang calon pasangan.

Suatu ketika Imam Ahmad bin Hmbal ditanya mengenai Hadist “Jika engkau mendengar sesuatu yang mungkin diucapkan oleh saudaramu, berikan interpretasi yang terbaik sampai engkau tidak dapat menemukan alasan untuk melakukannya” . mengenai hal ini beliau menjelaskan bahwa esensinya adalah untuk mentabayunkan (meminta penjelasan) adalah bentuk lain untuk menginterpretasikan apa yang diucapkan. Sehingga diajurkan untuk memusawarhkan apa yang dimaksud dari ucapan sehingga tidak terjadi presepsi yang salah. Disinilah Tabayyun (menegakan kebenaran informasi diperlukan) sangat diperlukan . Hindarilah berprilaku imma’ah yaitu memuji atau mencela orang lain tanpa ada alasan , tetapi semata-mata karena dia melihat orang lain melakukan hal itu.

Sekian catatan saya seputar masa penantian. Semoga pertolongan Allah memudahkan dalam proses menuju pernikahan yang barokah dan diridhoi Allah. Jika kesulitan dalam proses semoga melahirkan loyalitas kesetiaan, kedalaman cinta, dan kelurusan niat setelah melaksanakan akad nikah. Allahumma Amin…Insya Allah Rahmat Allah datang dalam berbagai bentuk. Maka berprasangkalah baik kepada Allah.


Berdiri kokoh ia menatap senja di ufuk barat. ku sapa ia, ia terdiam dan tak berkata apa2-apa. sekali lagi ku sapa ia, perlahan ia tersenyum tanpa ada sepatah kata.lalu ku tanyakan sesuatu padanya "apa yg membuat mu menatap ke ufuk barat menatap senja?"ia tertunduk dan sejenak terdiam,lalu menatapku sambil tersenyum. entah apa yang ada dalam benaknya.

sekali lagi ku tanya ia"apa yg membuat mu menatap senja?"seketika jemari ini digenggamnya,lalu ia berkata"kita berlari saja sampai senja tenggelam,agar ku tak menatap lagi senja". erat gengamannya,aku terdiam tak bisa berkata apa-apa,lalu ia mengajak aku berlari.

selepas senja tenggelam bersama itu pula aku tenggelam dalam gelap pekatnya malam.tak bisa ku tatap lagi ia,gundah resah genggam jemarinyapun makin terasa terlerai.tak bisa lagi ku tatap ia.

Entah berada di mana ia,kehadirannya seolah tiada.

Andai usang dilahap senja esok ia pasti binasa,namun ku terus teriakan agar ia tetap berdiri kokoh dan terus bersabrlah hingga esok mentari meronta. esok ku tatap ia bersama kelelahan pada parasnya...

paras yang belum ku yakini sama seperti saat ia menatap senja...cukup Rabb ku yang mengokohkan pijakannya...



Telah ku petik setangkai bunga di dalam dunia ini

Sebagai penghias yang mulia dan mewangi

Fitrah mu membawa ketenangan

Memberikan kedamaian

Fitrah mu membawa ketentraman

Memberika kesejukan

Ya Allah…Ku telah penuhi sebuah janji

Cinta ku pada mu karena-Nya

Rindu ku pada mu karena Nya

Sayang ku pada mu karena-Nya

Hidup ku dengan mu karena-Nya

Tuhan kau telah berikan dia untuk ku

Tuhan semaikanlah cinta ini di dalam cinta Mu

Ya Allah…Ku Bersyukur pada Mu

Duhai adik ku mari bersama kita arungi perjalanan hidup ini demi menggapai kemuliaan di dalam mencapai perjuangana ini

Hidup ini adalah perjuangan yang penuh dengan pengorbanan

Hidup ini adalah perjuangan yang penuh dengan pengorbanan

Temanilah daku duhai adik ku…

Temanilah daku duhai adik ku…


By..Lirik Nasyed



Ya Robbul Izzati,

Sekian lama aku mengembara mencari cinta

Terperosok aku dalam kubangan rindu bersulam palsu

Pedih jiwaku, gersang ragaku

Tapi aku tak pernah berhenti memadu rindu

Karena ku tahu cinta sejatimu adalah musim semi dalam jiwaku.

Alloh,

Kuberharap pengembaraan cintaku membawaku pada sebuah taman

Menuju ke sana, kulalui dengan tertatih-tatih

Kadang terpikir olehku untuk menuntaskan jalan itu agar aku segera sampai

Tapi yang kutemui hanyalah taman yang gersang dan tandus

Di bawah panasnya terik matahari yang menyiksa jiwaku.

Robbku,

Telah kupenuhi panggilan-Mu

Membawa tubuh ringkih ini melewati jalan yang Kau hendaki

Telah kucoba melepas segenap yang aku mampu

Untuk mengatasi beratnya medan yang menghalang

Telah coba kuatasi sedapatnya panasnya hari-hari kulewati.

Namun ampuni aku ya Robbi

Betapa seringnya hamba tertegun ragu

Untuk melanjutkan perjalanan yang panjang ini

Semuanya memang dikarenakan kelemahan hati ini

Yang masih saja terbius kenikmatan duniawi yang semu.

Kinipun hati yang peragu ini masih diguncang gundah
Akankah Kau terima buah karya tangan lemah ini?
Akankah Kau hargai

Apabila saat ini hatiku masih juga mengharapkan wajah lain selain wajah-Mu

Jika masih juga kunanti senyum lain selain senyum-Mu

Juga masih kudambakan pujian selain dari pujian-Mu

Betapa semakin berat persangkaanku akan kesia- siaan amalanku

Jika kuingat Engkau Maha Pencemburu

Robbi,

Bukan tak ingin aku istiqomah melewati hari-hari

Bukan tak hendak aku sabar menanti janji-Mu

Namun Robbi,

Apakah salah jika aku menyandarkan diri pada dinding lain

Dalam sebuah bangunan Islam-Mu?

Angkuhkah aku yang lemah ini Robb?
Salahkah aku yang dhoif ini Robb?

Namun Robb,

Lagi-lagi Kau didik aku dalam kealpaan mimpi semuku

Kau dekap aku dalam belaian tarbiyah
Yang telah banyak mengajarkan aku banyak hal

Tak sanggup kubendung air mata keharuan atas semua belaian ini

Karena aku tahu, tidak semua hamba-Mu Kau perlakukan sama seperti aku

Tersibak juga tirai kelam
Yang senantiasa menyeret langkahku menjauh dari-Mu
Sungguh aku bersyukur atas semua ini

Aku sadar tidak sama pejuang dengan perintang

Kembali ku ingat sebait doa yang pernah kurenda

Tentang sebuah janji yang telah kupatri

Tentang azzam yang kutanam dan juga segala amanahku

Mengingatnya, semakin deras air mata ku mengalir

Semakin kuat dan kokoh kakiku melangkah
Ternyata tanggung jawab itu besar berada di pundakku

Robbi,

Kekuatan apakah gerangan ini

Yang mengantarkan kakiku ke dada pelangi

Jauh melesat meninggalkan bayang-bayang

Bergerak bagai awan putih merindukan terang

Kadang kala kabut pekat yang kutemui

Langkahkupun seolah terhenti

Namun aku tidak mau terjebak di dalamnya

Sekuat tenaga kucoba berlari

Tapi langkah kaki kecilku berpacu dengan nafsu yang menahan jiwaku

Aku bergumul seorang diri
Mulutku berteriak, namun suaraku bersembunyi
Beruntung aku masih punya nafas

Yang bisa kudendangkan tatkala hatiku sunyi

Dengan nafas itu aku berjalan di atas bumi

Menuntun hamba-hamba-Mu yang mendambakan cinta sejati

Robb,

Apakah ini jawaban setiap doa-doaku?

Agar Engkau sertakan aku di dalam barisan para salafush sholih?.
Apakah ini jawaban setiap rintihanku

Agar Engkau jadikan setiap nikmat yang ada pada diriku

Sebagai mahar yang akan aku persembahkan pada-Mu?

Oh Robbi,

Ampuni atas segala kelemahan imanku

Bimbing aku melewati jalan orang-orang bernyali singa

Namun aku cukup arif menyadari Robb

Siapalah aku ini?
Betapa diri ini tak layak disejajarkan dengan mereka
Siapalah aku ini?

Dibandingkan mereka yang senantiasa bersimbah peluh, debu, bahkan darah

Untuk membuktikan kecintaanya kepada-Mu

Betapa lancangnya aku mengukur diri dengan mereka

Yang menghabiskan malam-malamnya dengan sujud tersungkur

Mengharapkan ampunan dan cinta-Mu.

Ya Robbi,

Kesimpulan dari riak-riak hatiku ini

Aku sampaikan syukurku kepada- Mu

Walaupun syukur dan taubatku sering mungkir

Namun lautan kasih sayang dan ampunan-Mu

Kuyakini tak pernah bertepi

Ya Muhaimin,

Untuk yang kesekian kalinya

Kuucapkan syukur yang tak terhingga

Atas segala cinta dan pelabuhan rindunya

Kau adalah musim semi dalam relung jiwaku

Dalam pangkuan-Mu, terhimpun seluruh kekuatanku

Dengan kekuatan itu tanganku memainkan melodi

Mulutku menyanyi lagu syurgawi

Izinkanlah ya Alloh

Aku menjadi penyambung cahaya-Mu

Yang tiada pernah pudar.

Alloh,

Walaupun aku tak layak mensejajarkan diri

Tapi aku ingin katakan

Tarbiyah telah merubah diriku
Melesat meninggalkan angan-angan hampa

Bayang-bayang semu, serta dongeng yang tak memiliki cerita

Dalam dekapannya runtuh keangkuhanku

Sirna kesombongnnku
Lenyap sifat jahiliyahku

Yang ada saat ini

Bagaimana membentuk diri, seperti yang Engkau kehendaki …

Robbi,

Pada-Mu kupasrahkan kehidupan dan kutemukan kedamaian yang abadi

Sujudku tak akan pernah merenggang

Jemariku kan terus kususun

Bibirku akan terus bergetar

Memohon agar senantiasa Kau beri aku kebahagiaan

Karena memang hanya dari-Mulah sumber kebahagiaan.



Goresan: Asbah

Di antara Nubuwwah (prediksi Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam) ialah persoalan para pemimpin yang sebaiknya ditolak. Dalam hadits tersebut digambarkan bahwa suatu ketika di masa yang akan datang bakal muncul para pemimpin yang dikenal di tengah masyarakat namun tidak disetujui karena sikap dan perilakunya yang zalim dan fasiq. Kemudian Nabi shollallahu ’alaih wa sallam memberi tahu kita bagaimana sikap yang semestinya ditegakkan bila para pemimpin seperti itu muncul. Untuk lebih jelasnya inilah tex hadits itu secara lengkap:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ سَتَكُونُ أُمَرَاءُ

فَتَعْرِفُونَ وَتُنْكِرُونَ فَمَنْ عَرَفَ بَرِئَ وَمَنْ أَنْكَرَ سَلِمَ

وَلَكِنْ مَنْ رَضِيَ وَتَابَعَ قَالُوا أَفَلَا نُقَاتِلُهُمْ قَالَ لَا مَا صَلَّوْا

Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: “Akan muncul pemimpin-pemimpin yang kalian kenal, tetapi kalian tidak menyetujuinya. Orang yang membencinya akan terbebaskan (dari tanggungan dosa). Orang yang tidak menyetujuinya akan selamat. Orang yang rela dan mematuhinya tidak terbebaskan(dari tanggungan dosa).” Mereka bertanya: ”Apakah kami perangi mereka?” Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: ”Tidak, selagi mereka masih sholat.” (HR Muslim 3445)

Dengan jelas Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menyatakan bahwa orang yang membenci para pemimpin yang zalim dan fasiq itu akan terbebaskan dari tanggungan dosa. Orang yang tidak menyetujui mereka akan selamat. Berarti hadits ini menegaskan sikap yang semestinya dimiliki seorang mukmin ketika berhadapan dengan pemimpin yang memiliki penyimpangan akhlak. Berbeda sekali dengan anggapan sebagian orang yang mengatakan bahwa di dalam ajaran Islam bagaimanapun perilaku seorang pemimpin ummat harus tetap mematuhinya dan menganggapnya sebagai ulil amri minkum (pemegang urusan di kalangan orang-orang beriman). Hadits ini jelas membantah anggapan naif tersebut.

Lalu dengan tegas Nabi shollallahu ’alaih wa sallam memperingatkan mereka yang rela dan mematuhi para pemimpin zalim dan fasiq itu. Beliau mengatakan bahwa ”Orang yang rela dan mematuhinya tidak terbebaskan(dari tanggungan dosa).” Di sinilah ajaran Islam memandang bahwa urusan menyerahkan loyalitas dan kepatuhan bukanlah perkara ringan. Sebab tidak saja si pemimpin berdosa karena kezaliman dan kefasikannya. Tetapi rakyat ikut menanggung dosa juga bila mereka tetap rela atas kezaliman dan kefasikan pemimpin tersebut, apalagi kemudian mematuhinya. Sehingga Allah melarang seorang beriman untuk mentaati siapapun dan apapun tanpa ilmu dan kesadaran akan mana yang benar dan mana yang batil.

وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ

وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا

”Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS Al-Israa 36)

Namun suatu hal yang memang Nabi shollallahu ’alaih wa sallam juga anjurkan ialah agar ummat jangan berfikiran untuk memeranginya selagi si pemimpin tersebut masih sholat. Menarik untuk diperhatikan ialah pandangan Imam Nawawi mengomentari potongan hadits ini ”Apakah kami perangi mereka?” Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: ”Tidak, selagi mereka masih sholat.” Beliau menulis sebagai berikut:

وَأَمَّا قَوْله : ( أَفَلَا نُقَاتِلهُمْ ؟ قَالَ : لَا ، مَا صَلَّوْا )

فَفِيهِ مَعْنَى مَا سَبَقَ أَنَّهُ لَا يَجُوز الْخُرُوج عَلَى الْخُلَفَاء

بِمُجَرَّدِ الظُّلْم أَوْ الْفِسْق مَا لَمْ يُغَيِّرُوا شَيْئًا مِنْ قَوَاعِد الْإِسْلَام .

Maknanya ialah tidak dibenarkan keluar dari kepemimpinan khilafah hanya semata berdasarkan kezaliman dan kefasiqan selama para pemimpin itu tidak merubah sesauatupun dari kaedah-kaedah Al-Islam.

Ulama salaf ini dengan jelas sekali menggaris-bawahi bahwa selagi pemimpin masih menegakkan secara formal sistem kekhalifahan dan tidak merubah sesuatupun dari kaedah kaedah ajaran Al-Islam, maka tidak dibenarkan bagi seorang mukmin meninggalkan atau keluar dari kepemimpinan tersebut, walaupun akhlaq pemimpinnya zalim dan fasiq.

Saudaraku, permasalahan kita ummat Islam dewasa ini adalah bahwa bukan saja negeri-negeri Islam dipimpin oleh sebagian besar pemimpin yang berkepribadian zalim dan fasiq, tetapi sudah jelas mereka tidak menegakkan sistem kekhalifahan dan bahkan nyata benar bahwa kaedah-kaedah Islam telah banyak yang dirubah, baik oleh sang pemimpin tertinggi maupun oleh kepemimpinan kolektif kolaborasi lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif.

Untuk membuktikan kebenaran sinyalemen di atas tidaklah sulit. Karena dalam realitas keseharian terlalu banyak contoh kasus yang membenarkannya daripada membantahnya. Sungguh benarlah kita dewasa ini sedang menjalani masa fitnah sebagaimana telah disinyalir Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam.

بَادِرُوا فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي

كَافِرًا وَيُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنْ الدُّنْيَا

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Bersegeralah beramal sebelum datangnya fitnah seperti sepenggalan malam yang gelap gulita, seorang laki-laki diwaktu pagi masih mukmin dan diwaktu sore telah kafir, dan diwaktu sore masih beriman dan paginya sudah menjadi kafir, ia menjual agamanya demi kesenangan dunia.“(HR Ahmad 8493)

رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا

وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ

"Ya Rabb kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir". (QS Al-Baqarah 250)


Sumber:http://www.eramuslim.com/suara-langit/penetrasi-ideologi/para-pemimpin-yang-sebaiknya-ditolak.htm

Demam ojeg melanda, seiring perkembangan permotoran Indonesia yang lagi booming. Sudah tentu booming motor ini terlahir dari lingkaran tak berujung di antara titik-titik korupsi kecil-kecilan (kecil-kecilan atau besar?), jalan yang bolong-bolong, aturan lalu lintas yang diitegakkan hangat-hangat tahi ayam (misal lagi musim safety belt, polisi sibuk menilang yang gak pake sabuk yang gak pake helm dicuekin, kalo lagi musim helm polisi sibuk nilang para pengendara motor, yang gak pake sabuk dicuekin, jadi esensi penegakkan aturan lalu lintas kita adalah duit!), dan cara mengkredit motor yang asoy, hingga motor laku bak gorengan di musim penghujan, laris manis.

Sampe-sampe tukang delman langganan saya, pak Alan, bilang "Jaman ayeuna mah neng gampil pisan meser motor teh. barudak teh mun tos gaduh opat ratus (rebu) tos tiasa kenging motor enggal, ojegkeun weh, tah mun artosna tos seep keun wae antepkeun cicilan teu kedah dibayar ngantosan dijabel we. Engke mun tos gaduh artos deui, nyandak deui cicilan motor nu enggal, anggo we motorna nepikeun ka dijabel deui..." (halah...)

***

Demam ojeg telah melindas penghasilan kecil tukang delman langganan saya, dibanding delman, ojeg lebih murah, lebih gesit, dan lebih gampang nyarinya, karena sekarang pangkalan ojeg tumbuh subur di mana-mana.

Demam ojeg juga telah melindas para sopir angkot. Karena kalo dulu persaingannya hanya sebatas sesama angkot, sekarang kompetitornya bertambah dengan hadirnya ojeg-ojeg yang bisa nangkring di mana saja.

Dan diam-diam ternyata demam ojeg juga turut merambah dunia da'wah. Karena ternyata tak sedikit aktvis da'wah, kader da'wah akhwat juga turut menjadi pelanggan setia ojeg. Dengan alasan efisiensi, darurat, atau gak ada angkot. Kini kita melihat ada akhwat yang tak segan-segan naik ojeg datang ke tempat ngaji.

Saya sering bertanya-tanya sendiri, memang sebenarnya sedarurat apakah kondisi yang membolehkan akhwat naik ojeg? Apakah karena khawatir telat datang liqa'/ta'lim maka itu termasuk kondisi darurat yang mengondisikan ojeg is fine ?

Pernah juga seorang ummahat ketemu saya, beliau sedang naik ojeg, lalu ketika bertemu saya, beliau berpesan dengan kemalu-maluan, "teh jangan bilang-bilang ya kalo saya tadi naik ojeg, karena suami saya orangnya pencemburu," dalam hati saya, "kalo udah tau suaminya gak akan ridha, kenapa dia naik ojeg?"

Saya merasa aneh juga dengan diri saya sendiiri, karena bukan sekali-dua saya melihat akhwat/ummahat naik ojek, saya jadi 'cemas', jangan-jangan saya yang ketinggalan zaman nih, sekarang makin banyak aja akhwat/ummahat yang ngojek tapi ayem-ayem aja, kenapa saya yang cuma liat aja merasa gak enak ya? jangan-jangan cuma saya yang gak enak, jangan-jangan emang sekarang, sebenarnya tanpa saya sadari, keadaan sudah darurat, datang ta'lim, liqa, dll adalah manhaj darurat sehingga saya udah ketinggalan manhaj!

Heran juga saya, di sebuah SDIT, seorang ibu gurunya datang dengan dibonceng ojeg, tidak habis pikir juga saya, bagaimana sang ibu guru menjelaskan konsep hijab pada anak-anak yang seharusnya dikenalkan pada anak-anak. Bukankah hikmah terbaik disampaikan dengan teladan? Alangkah bijak jika anak melihat bu gurunya mengusahakan dirinya dalam menjaga hijab atau jangan-jangan ini pandangan saya aja yang masih kolot.

Pernah juga iseng saya bertanya pada suami, "bi, kalo abi liat ummi naik ojeg gimana?", saya menanti jawaban dengan harap cemas, jawaban suami saya singkat, "janganlah!" Alhamdulillah, sesuai benar dengan hati saya, karena saya memang tak ingin suami saya membolehkan begitu saja istrinya ini dibonceng laki-laki lain (tukang ojek) kalo enggak 'darurat-darurat banget'.

Jadi ternyata demam ojeg juga sudah melindas kitakah ?

Husnudzhan saya, mungkin ketika saya melihat akhwat naik ojek, beliau sedang dalam kondisi amat darurat dan semoga kondisi darurat ini enggak sering melanda kita, apalagi jadi langganan (langganan darurat).

wallahu a'lam bish shawwab.

Semoga saya tidak berada pada kondisi darurat yang mengharuskan ngojek.

Penulis: Ike Trilitadewi, e-mail ike.trilitadewi@ymal.com
Blog: IkeTrilitadewi.multiply.com

"♥ Assalamu'alaikum...selamat datang di blog sederhana ini. semoga setiap rangkaian kata-kata bisa menginspirasi & memberi motivasi hingga menjadikan lentera penerang dalam hati...♥"

♥..Inilah Aku..♥

Foto Saya
Tuti R.Lestari
"Seorang hamba Allah yang senantiasa berusaha menjalankan titah-titah Rabbnya... Semoga setiap goresan pena dapat memberikan inspirasi dan Motivasi..."
Lihat profil lengkapku

Blog Archive

:::: Translet ::::

English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google

Entri Populer

Follow

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...